Jumat, 01 Oktober 2010

Pancasila; Benci Tapi Rindu

Tanggal 1 oktober, diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila. Dulu, setiap malam tanggal 30 september diputar film tentang G 30 S/PKI. Sekarang jarang, bahkan hamper tak pernah lagi diputar film itu. Hal itu dilakukan dengan maksud untuk memperlihatkan kembali kekejaman komunis di Indonesia. Terlepas dari benar atau tidak, film tersebut tentu memberikan pelajaran yang baik bagi kita rakyat Indonesia.
Pada jaman orde baru, Pancasila seperti “agamanya” pemerintah dan rakyat Indonesia. Segala sesuatunya harus berlandaskan Pancasila. Bagi yang menentang, akan dicap sebagai komunis, tak nasionalis, dan sebagainya. Serta pasti akan dituduh sebagai pelanggaran subversib, yang ujung-ujungnya akan di penjara. Semua itu tentu berawal dari Soeharto dan diteruskan oleh para pembantunya.
Apa yang dilakukan oleh Soeharto dengan “Pancasilanya” itu dulu sering dianggap salah. Tapi, sekarang melihat perkembangan Negara kita yang semakin menuju ke jurang kehancuran, kita harus bertanya kembali tentang hakekat Pancasila itu. Pancasilanya  yang salah atau orang yang menjalankannya yang salah ?
Pancasila dengan 5 sila dan 36 butir penjabarannya, beberapa tahun terakhir ini seakan hilang di telan bumi. Banyak orang yang enggan membicarakannya. Padahal, pada jaman orde baru, Pancasila diperlakukan dengan sangat terhormat. Semua orang harus mengikuti penataran P4, disekolah dilombakan cerdas-cermat P4, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian nilai-nilai Pancasila. Mulai dari SMP, SMA, perguruan tinggi, diselenggarakan penataran P4. Sekarang, hal itu tak pernah dilakukan lagi. Mungkin pemerintah merasa bahwa hal itu tak perlu lagi.

Orde reformasi yang ditandai dengan kebebasan, telah menjadikan rakyat Indonesia sangat buas. Segala sesuatu yang berbau orde baru dibabat habis. Kita seperti tak kenal apakah itu baik atau tidak. Pancasila sebagai suatu tata nilai ikut dibabat juga. Padahal, nilai-nilai Pancasila sangat luhur. Apabila semua nilai tersebut dapat diamalkan oleh setiap manusia Indonesia, tentu semua akan berjalan dengan baik. NKRI yang selalu didengung-dengungkan oleh kita semua, akan menjadi sempurna apabila butir-butir tentang sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam kehidupan nyata kita. Apalagi bila butir-butir dari sila yang lain diwujudkan pula, tentu akan lebih sempurna lagi.
Sekarang ini samar-samar terdengar beberapa orang menyerukan untuk mendudukan Pancasila pada tempatnya semua. Memang Pancasila tidak mesti menjadi satu-satunya asas kehidupan berbangsa dan bernegara, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita melestarikan dan mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita. Nilai-nilai Pancasila perlu ditumbuh-suburkan. Apalagi beberapa hari ini kita terus disuguhkan dengan berita tentang pertikaian anak bangsa yang dilatari oleh masalah etnis, keyakinan dan sebagainya.
Kita tentu yakin bahwa Pancasila akan mampu menjawab semua tantangan itu. Pancasila dengan 36 butir penjabarannya pasti bisa menjadi solusi untuk mengatasi munculnya disintegrasi bangsa, baik yang disebabkan oleh pertikaian, atau oleh masalah lain. Pancasila juga diyakini mampu meningkatkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia asalkan diterapkan dengan benar.
Selama ini Pancasila disatu sisi dibenci, tapi disisi lain sangat dirindukan kehadirannya kembali. Akankah kita terus-menerus menyembunyikan Pancasila, sementara kondisi bangsa kita menuntut kita untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara yang benar-benar menjadi dasar. Bukan hanya sebatas slogan semata.
Hari ini merupakan hari peringatan kesaktian Pancasila. Kita berharap, mulai hari ini kita akan menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya pedoman dalam berbangsa dan bernegara, serta menjadi falsafah hidup rakyat dan bangsa Indonesia. Bravo Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar