Hari langit terlihat mendung. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Ya Allah, bila Engkau curahkan hujan dari langit, sertakan pula rezeki bagi kami yang ada di bumi ini. Kami sekarang masih mengalami banyak kekurangan. Karena itu, bila Engkau tak menolong kami, niscaya hancurlah kami.
Tak terasa untaian kalimat di atas keluar begitu saja dari mulutku. Cuaca akhir-akhir ini yang tak menentu memberikan peringatan tentang sebuah keadaan. Mungkinkah Allah SWT sengaja memberikan ujian lewat cuaca? Atau cuaca tersebut memberikan pertanda bahwa alam mulai tak bersahabat dengan manusia?
Semua serba mungkin. Dan kekuasaan Allah SWT melebihi segalanya. Kita sebagai makhluk seharus sadar akan hal tersebut. Tapi, banyak diantara kita yang tak peduli alias acuh dengan keadaan tersebut. Sebagai sebuah tanda, alam atau tepatnya cuaca memberikan pelajaran bagi kita yang suka belajar. Pelajaran tersebut seharusnya memberikan penyadaran agar kita lebih patuh dan tunduk kepada Sang Pengatur alam semesta ini.
Aku mungkin bagian dari orang yang tak mengambil pelajaran tersebut. Aku mungkin menyatakan diriku sebagai orang yang tak mau belajar. Tak apalah yang penting bisa sedikit menganalisis, walaupun mungkin tidak tepat benar. Sebab, kebenaran yang hakiki itu hanya milik Allah SWT, manusia hanya berusaha untuk mencapai kebenaran itu.
Kembali kepada perubahan cuaca, sesungguhnya Allah memberikan tanda kepada makhluk, yaitu kita sebagai manusia bahwa hal perilaku, perbuatan, watak, perangai, dan sifat manusia yang sudah tidak selaras lagi dengan kehendak alam. Mungkin alam menginginkan kerjasama yang antara kita dengannya. Tapi, kita sebagai manusia sering abai dengan tanda-tanda alam tersebut. Bukankah antara manusia dan alam sebenarnya sebuah kesatuan yang tak terpisahkan. Artinya, manusia diciptakan untuk memelihara alam semesta, dan alam diciptakan untuk membantu manusia. Melihat tersebut, sebenarnya antara alam da manusia harus terjadi kerjasama yang harmonis.
Tapi, manusia selalu menyombongkan diri. Didalamnya, termasuk aku yang suka mengabaikan tanda-tanda alam. Kerjasama dengan alam bukan berarti melakukan ritul seperti memberikan makan dan sebagainya. Tapi kerjasama yang diinginkan adalah saling memelihara. Saling melengkapi dan saling berbagai. Selama ini, alam lebih banyak berbagi dengan manusia, sementara manusia lebih banyak yang lalai dengan alam semesta.
Mulai sekarang, mari kita menjaga alam. Lingkungan terdekat merupakan tempat mulai yang paling ideal. Dari lingkungan sekelilinglah perilaku bersahabat kita dengan alam harus ditunjukkan. Kalau lingkungan saja tidak bersahabat, apalagi dengan lain.
Ulasan singkat ini mudahan bisa membantu kita, utamanya saya dalam menjaga dan bersahabat dengan alam. Banyak bisa dilakukan untuk menjaga persahabatan tersebut agar memberikan manfaat yang besar bagi kedua belah pihak. Wallahu a’lam bishawab.