Kamis, 28 Oktober 2010

Pemuda Indonesia Di Antara Soeharto dan Bencana Alam

Setiap tanggal 28 Oktober, kita memperingati Sumpah Pemuda. pada tahun ini, seperti beberapa tahun sebelumnya, diwarnai dengan beragam peristiwa. Bencana alam, berupa banjir, gempa bumi, gunung meletus, dan tidak ketinggalan peristiwa politik. Kontroversi pemberian gelar pahlawan kepada mantan presiden Soeharto menyita begitu banyak energi. Peringatan Sumpah Pemuda umumnya diperingati dengan pelaksanaan upacara bendera.
Soeharto merupakan predien RI yang terlama memimpin bangsa kita. Ia telah meletakkan dasar-dasar pembangunan bangsa. Selama kurang lebih 32 tahun Soeharto mengabdikan dirinya untuk bangsa ini. Selama itu pula, berbagai peristiwa terjadi di bumi Indonesia. Atas berbagai jerih payahnya itu, bangsa Indonesia hendak memberikan pahlawan kepadanya. Banyak pro dan kontra tentang hal tersebut. Banyak orang yang hanya melihat kesalahan Soeharto semata, tanpa melihat kebaikannya, sehingga banyak menilai bahwa pemberian gelar pahlawan itu tidak pas. Namun demikian, banyak pula yang ingin membalas jasa Soeharto dengan mengesampingkan kesalahannya, memberikan gelar pahlawan kepadanya .
Soeharto, diakui atau tidak, telah memberikan jasa yang besar bagi pembangunan bangsa. Para pemimpin yang sedang berkuasa saat ini adalah mereka yang belajar ketika Soeharto berkuasa. Soeharto membina mereka agar tumbuh dan berkembang agar kelak menjadi pemimpin yang tangguh. Kesalahan Soeharto adalah membungkam mulut mereka yang lantang berbicara tentang Negara dan kekuasaan. Aceh ditetapkan sebagai DOM, Papua dikekang, Timur-Timor di bungkam, dan sebagainya. Pada jaman Soeharto, bangsa kita masih dalam masa pemulihan pasca perang kemerdekaan. Saya tak tahu apabila Soeharto tidak “keras” pada saat itu, apakah NKRI masih utuh sampai sekarang. Setelah Soeharto lengser, Timu-Timor lepas dari NKRI.

Stabilitas nasional sangat penting. Apalagi ketika kita masih belum kuat fondasi berbangsa dan bernegara. Soeharto meneguhkan kebangsaan dan kenegaraan kita. Apabila kondisi bangsa kita saat ini terjadi pada beberapa puluh tahun yang silam. Akankah kita ini menjadi bangsa yang besar.
Saat ini, bangsa kita mengalami banyak masalah. Masalah tersebut seperti masalah ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, kemandirian, kesejahteraan dan sebagainya. Pemerintah seperti tak mampu berbuat apa-apa untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Segala langkah dan tindakan yang diambil oleh pemerintah belum memenuhi harapan rakyat. Keadaan ini menimbulkan ketidak percayaan rakyat kepada pemerintah.
Khusus bencana alam, pemerintah selalu terkesan terlambat dalam menanganinya. Rakyat seringkali tidak sabar dengan tindakan yang diambil oleh pemerintah. Bencana alam terjadi silih berganti, seharusnya membuat pemerintah selalu waspda. Penanganan yang dilakukan oleh pemerintah terkesan hanya tanggap darurat semata. Belum ada rencana antisipasi dan penanggulangan bencana yang terpadu. Hal ini menimbulkan penanganan yang hanya bersifat lokal semata. Pemerintah perlu membuat rencana antisipasi penanggulangan bencana untuk seluruh Indonesia.
82 tahun yang lalu pemuda Indonesia telah berikrar yang terkenal dengan Sumpah Pemuda. Bertanah air satu, berbangsa, dan berbahasa satu, semuanya untuk Indonesia. Semangat sumpah pemuda itu diharapkan tetap tumbuh di dalam dada pemuda Indonesia. Semangat ke-Indonesiaan hendaknya menjadi cermin bagi pemuda dalam membangun bangsanya. Pemuda hendaknya bersatu padu dalam sebuah keyakinan yang sama, dan keyakinan itu berawal dari Sumpah Pemuda.
Pemuda Indonesia harus mampu menerima semua keadaan pemimpinnya. Namun demikian, tetap diperlukan kritik dan sumbang saran pemikiran kepada para pemimpin tersebut. Disamping itu, pemuda harus mampu menjadikan dirinya sebagai motor penggerak pembanguan yang netral. Pemuda Indonesia harus mengesampingkan ego sektoralnya agar menjadi penerus pembangunan bangsa yang mandiri. Juga harus menguburkan segala dendam yang tak berujung, yang akibatnya justru merugikan diri sendiri dan bangsa kita. Pemuda harus mampu melihat kebaikan para pemimpin tanpa mengesampingkan kesalahan para pemimpin tersebut. Sebab, tidak ada pemimpin yang sempurna. Bagi mereka yang telah membarikan pengabdian kepada bangsa harus dibalas dengan perlakuan yang wajar.
Hendaknya begitulah kita memandang pemberian gelar pahlawan kepada mendiang Presiden Soeharto. Sebagai pemimpin dan rakyat telah memberikan pengabdian yang besar bagi bangsa ini Soeharto layak diberikan gelar pahlawan.
Menyangkut terjadinya bencana alam dinegeri kita ini, pemuda harus menjadi garda terdepan dalam penanggulangannya. Pemuda harus menjadi pelopor dalam antisipasi terhadap bencana, bukan malah menjadi penyebab bencana itu. Kita akui bahwa masih banyak pemuda kita yang justru menjadi sumber bencana. Ada yang korupsi, menjadi penipu, perusak alam, terjebak narkoba, dan sebagainya. Kepada jenis ini, semoga saja mereka lekas sadar, bahwa tantangan didepan mereka sangat besar dan luas, dan untuk itu diperlukan persatuan dan kesatuan dalam mengatasinya. Wallahu a’lam

Selasa, 26 Oktober 2010

Mengajar Untuk Mencerdaskan

Belajar atau mengajar tentu bertujuan untuk membuat seseorang agar menjadi lebih cerdas. Tak ada tujuan pembelajaran yang justru sebaliknya. Namun, dalam kenyataannya, tidak semua orang menjadi cerdas setelah belajar atau diajari. Berbagai sebab menjadi alasannya. Guru yang mengajar tentu akan merasa sangat gagal bila tidak berhasil mencerdaskan siswanya. Belajar dan mengajar memang bukan hal yang mudah. Untuk melakukan itu diperlukan energi, waktu, biaya, dan sebagainya. Yang mengajar harus tetap belajar, dan yang belajar suatu saat harus bisa mengajar.
Bagi siswa, belajar merupakan kebutuhan yang harus dituntaskan. Namun demikian, tidak semua siswa mampu menuntaskan masa belajarnya dengan baik. Ada pula yang hanya mengejar ijazah semata. Apa pula yang hanya sekedar memenuhi keinginan orang tua semata. Pada umumnya, semua orang senang untuk belajar. Namun di sekolah mereka tidak mendapatkan apa yang mereka ingin. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebabnya. Kurikulum yang tidak sesuai, lingkungan sekolah yang tidak mendukung, fasilitas yang tidak lengkap, atau bahkan guru yang tidak simpati. Beberapa hal tersebut merupakan beberapa factor, dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa.

Khusus bagi para guru kita, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa tidak bergairah untuk belajar. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : Pertama, pelajaran yang tak menarik. Menarik minat siswa untuk belajar memang tidak mudah. Bagi sebagian guru hal ini dirasakan sebagai bukan sesuatu yang penting. Minat merupakan modal utama dalam belajar dan mengajar. Menarik minat belajar dan mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya kegiatan belajar mengajar tidak hanya dilakukan semata-mata di dalam kelas saja. Sekali waktu, siswa perlu diajak untuk belajar di lingkungan alam. Hal ini tentu memberikan nuansa baru bagi siswa. Selain itu, guru juga dapat mengeksplorasi lingkungan dalam memperkaya bahan ajar.  Kedua, membosankan. Sesuatu yang membosankan seuatu saat akan menghilangkan minat. Selanjutnya, apa yang bisa kita harapkan dari orang yang tak berminat. Kata-kata bosan merupakan ekspresi dari kejenuhan manusia. Untuk dilakukan berbagai cara untuk menghilangkan kebosanan. Dan ketiga, tidak menggugah emosi. Kegiatan belajar mengajar yang tidak menggugah emosi tentu akan mudah dilupakan. Sebabnya, adalah pelajaran tersebut tidak sampai ke pikiran dan hati orang yang belajar. Memberikan tantangan dalam belajar merupakan salah satu cara untuk menggugah emosi peserta didik. Tugas-tugas yang diberikan, yang sesuai dengan minat siswa akan merangsang otak dan pikiran mereka untuk menemukan jawaban yang tepat. Apalagi bila setiap siswa yang berhasil menyelesaikan tugasny dengan baik dan sempurna akan diberikan penghargaan. Penghargaan merupakan cara untuk menggugah emosi siswa agar mereka tergugah emosinya dalam belajar, sehingga menjadi lebih giat dan bersemangat.
Otak manusia sengat peka dengan rangsangan. Sesuatu yang tidak menarik, membosankan, dan tidak menggugah emosi pasti akan mudah dilupakan. Untuk itu, setiap orang yang belajar dan mengajar harus mampu melibatkan dirinya secara total dalam proses belajar mengajar tersebut. Hal ini memungkinkan guru maupun siswa untuk lebih konsenntrasi dan tertantang untuk belajar lebih baik lagi. Belajar adalah proses untuk mencerdaskan diri dan orang lain. Karena itu, proses belajar dan mengajar merupakan proses untuk mencerdaskan. Bila proses ini tak dipahami, maka dampaknya sangat besar untuk dunia pendidikan kita. Wallahu a’alam

Senin, 25 Oktober 2010

Susahnya Jadi Tukang Potret

Setelah beberapa lama menjalani hoby sebagai tukang potret alias fotografer  amatiran, baru terasa sulitnya menjalankan hoby ini. Bukan sulit mendapatkan objek foto, tapi sulit menemukan foto yang benar-benar mengandung unsur seni. Motret sih gampang saja, tapi menghasilkan foto yang berkualitas itu yang sulit. Ternyata, jadi tukang potret itu tak gampang.
Pernah sekali waktu saya mencoba untuk memotret macro. Belum sampai ke objek yang akan di foto, saya sudah di sengat lebah. Mau street foto, malu-malu. Kalau pas mau moto wanita cantik, takut ketahuan. Apalagi mau motret model, studio tak punya, uang tak ada untuk membayarnya.

Berbekal sebuah kamera DSLR, saya berusaha untuk jepret sana-jepret sini. Dalam setiap kesempatan saya selalu mengabadikan momen yang saya anggap penting dan memiliki nilai seni. Tapi, sampai saat ini saya masih belum juga mahir mendapatkan foto yang semestinya. Banyak foto yang saya hasilkan, tapi saya saja melihatnya sudah kurang bagus, apalagi orang lain yang memang ahlinya.
Mungkin diperlukan keahlian khusus untuk menghasilkan gambar yang benar-benar nyeni. Sampai saat ini saya belum memutuskan untuk mengikuti kelas pelatihan fotografi. Pertama, karena memang ditempat saya belum ada kursus fotografi. Kedua, waktu untuk mengikuti pelatihan itu juga sepertinya belum ada. Ketiga, kalau mengikuti pelatihan di luar daerah, niaya cukup besar. Alhasil, saya belajar sendiri, sambil mencari-cari tip dan trik fotografi di dunia maya alias internet.

Satu lagi hal yang menjadi halangan, masalah editing foto menggunakan photoshop dan sejenisnya. Sepertinya, mengedit foto dengan program ini membutuhkan ketekunan dan kejelian. Sekarang ini saya mencoba menggunakan PS3, tapi hasil masih belum memuaskan. Banyak fitur yang belum dapat saya manfaatkan secara maksimal.
Namun demikian, saya tetap memotret semampu yang saya bisa. Saya juga tetap melakukan olah ditigal seberapa yang saya bisa sambil belajar. Semoga saja suatu saat saya jadi lebih pinter motret dan menghasilkan foto yang layak jual.

Senin, 18 Oktober 2010

Muswil Muhammadiyah Kalimantan Tengah ke-VII

Pada tanggal 15-17 Oktober 2010, Muhammadiyah Kalimantan Tengah mengadakan Musyawarah Wilayah yang ke-VII. Pelaksanaan Musyawarah Wilayah tersebut dilaksanakan di Kuala Kapuas, ibukota Kabupaten Kapuas. Pimpinan pusat mengutus Sukrianto. AR untuk membuka acara tersebut. Hadir dan memberikan sambutan pada kesempatan tersebut Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Drs. Ahmad Diran. Selain itu. Acara pembukaan Muswil dihadiri pula oleh Bupati Kapuas H. Mawardi, beserta dengan aparatur pemerintahan kabupaten Kapuas lainnya. Sebelum acara pembukaan, dilaksanakan pawai ta’ruf yang diikuti oleh semua PDM yang hadir.

PDM Katingan mendapat kouta 15 orang. Namun, yang bisa menghadiri kegiatan akbar Muhammadiyah se-Kalteng itu hanya 8 orang. 2 orang dari PCM Tumbang Sanamang, yaitu Zainal Abidin, dan Thohirun. PCM Tumbang Samba, yaitu H. Husni Marmaya, dan Adiansyah, SH. PCM Kasongan, Leda –Almuqsith. Serta dari PCM Dahian Tunggal atas nama Asep Nurzuman. Sedangkan dari unsur PDM Katingan Wirman, S.Pd, dan Sardinie U. Budin. Untuk PCM Talaga dan PCM Pagatan tidak mengirimkan wakilnya. Kekurangan jumlah utusan tersebut karena banyak yang tidak bisa berangkat. Hal ini terkait dengan kesibukan dan lain-lain.
Di Kapuas, utusan diinapkan di komplek perguruan Muhammadiyah Kapuas di jalan Barito. Sedangkan pelaksanaan pembukaan dan siding-sidang dilaksanakan di gedung Gandang Garantung yang terletak di jalan teratai. Pelaksanaan Muswil cukup meriah. Pada acara pembukaan dilakukan pula pemaparan tentang hadil penelitian tentang sejarah Muhammadiyah Kalimantan Tengah. Kegiatan ini dilakukan oleh Dr. Muhammad dan kawan-kawan.
Acara sidang pleno Muswil dimulai dengan penyampaian laporan pertanggung jawaban Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Tengah periode 2005-2010. Selanjutnya disampaikan laporan dari masing-masing PDm. Sebanyak 13 PDM maju secara bergiliran untuk menyampaikan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan mereka. Pada saat tersebut, peserta menerima laporan Pertanggung Jawaban Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Tengah.
Hari minggu, 17 Oktober 2010 pukul 09.00 WIB acara pemilihan anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Tengah periode 2010-2015 mulai dilakukan. Satu persatu peserta maju untuk memberikan suaranya. Acara pemilihan anggota pimpinan ini berbeda dengan cara di organisasi lain. Pemilihan anggota Pimpinan wilayah dilakukan oleh Panitia Pemilihan. Yang dalam hal ini diketuai oleh Drs. Jairi yang sehari-hari menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Palangaraya. Pada pukul 11.30 WIB acara pemilihan pun selesai. Selanjutkan dilakukan penghitungan suara. Di Muhammadiyah, peserta tidak hanya memilih  1 orang calon pimpinan, tapi memilih 13 orang calon dari 26 calon yang telah ditetapkan oleh sidang. Dari 13 calon terpilih tersebut nantinya yang akan berembuk menentukan siapa Ketua PWM yang terpilih. Hal ini sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah. Pada periode 2005-2010, PWm Kalimantan Tengah dipimpin oleh Drs. Muhtar.

Inilah uniknya organisasi Muhammadiyah. Pemilihan pimpinan organisasi dilakukan secara rapi, serta dilakukan secara serentak, sehingga pada saat nanti, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah merupakan pimpinan yang Kolektif-Kolegial.
Berdasarkan hasil perhitungan suara yang dilakukan secara langsung di depan peserta Muswil, terpilih 13 orang dengan suara terbanyak yaitu :
1.       Bulkani (jumlah suara = 97),  Jairi (jumlah suara = 97), HM. Yamin Muhtar (jumlah suara = 90), Muhtar  (jumlah suara = 90), Abubakar. HM (jumlah suara = 89), Syairi Abdulah (jumlah suara = 88), Ahmad Syar’I  (jumlah suara = 86), Abdul Kadir (jumlah suara = 84), Nurmuslim (jumlah suara = 78), Rois Mahfudz (jumlah suara = 74), Mazrur (jumlah suara = 68), Zuhri (jumlah suara = 64), Saijo (jumlah suara = 46). Ke-13 orang anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Tengah tersebut bersepakat memilih Ahmad Syar’I sebagai ketua PWM Kalimantan Tengah periode 2010-2015.
Besar harapan kita bahwa mereka yang dipilih menjadi Anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah akan dapat mengemban amanah persyarikatan dengan sebaik-baiknya, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi warga Muhammadiyah, serta seluruh maysarakat Kalimantan Tengah.
Pada acara Muswil tersebut juga dipilih secara musyawarah mufakat anggota tanwir Muhammadiyah. Muswil memutuskan Ketua dan Sekretaris, Dilwani Kadir dari PDM Pangkalan Bun, Ta’abud Ama dari PDM Murung Raya, dan Sahdin Hasan dari PDM Kota Palangkaraya sebagai anggota tanwir utusan Kalimantan Tengah. Sidang juga memutuskan bahwa tuan rumah Muswil Muhammadiyah ke-VIII tahun 2015 di Palangkan Bun, kabupaten Kotawaringin Barat.
Selain itu, Muswil juga memmutuskan berbagai hal seperti program kerja periode yang akan datang, Rekomendasi dan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan organisasi.

Rabu, 13 Oktober 2010

Lonceng Sekolah

Berbicara tentang sekolah adalah berbicara tentang masa depan anak-anak kita. Di sekolah, mereka dikenalkan dengan berbagai pengetahuan. Dengan bekal pengetahuan tersebut, para orang tua dan guru berharap kelak si anak dapat menjadi manusia yang lebih lebik. Baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, moral, dan sebagainya. Harapan ini tentu tak muluk, sebab sekolah merupakan kawah candradimuka untuk membentuk dan mempersipkan anak meraih masa depan yang cemerlang.
Ketika masih kecil, anak-anak begitu semangat ingin bersekolah. Mereka kepingin seperti kakak-kakaknya. Melihat orang dewasa yang menggunakan seragam,bersepatu, memakai dasi, menggunakan tas punggung, mereka sangat tertarik ingin bersekolah. Apalagi kalau mau masuk taman-taman kanak-kanak. Dengan seragam yang sengaja dibuat agar anak-anak bersemangat, taman-taman kanak-kanak begitu menraik perhtian mereka. Ada yang pakai seragam layaknya polisi, ada yang menyerupai badut, atau seragam lain yang sesuai dengan selera anak-anak. Mereka tidak mengerti bahwa di sekolah terkadang tidak seperti yang mereka banyangkan.
Mendengar lonceng sekolah berbunyi mereka tersenyum. Mungkin dalam benak mereka terbayang indahnya sekolah, kawan yang banyak, guru-guru yang baik, serta pelajaran yang menyenangkan. Semua itu menjadi faktor yang membuat mereka tertarik untuk bersekolah. Dalam benak mereka, sekolah mungkin menjanjikan segalanya untuk mereka.
Setelah menjadi murid, dentang lonceng sekolah menjadi pertanda sesuatu akan terjadi. Setiap murid masuk kelas. Lonceng yang berdentang berkali-kali seperti peringatan bahwa di depan mereka terhampar sekian banyak masalah. Mulai dari guru yang killer, mata pelajaran yang tak menarik, banyaknya tugas yang harus diselesaikan, belum lagi maslah pribadi yang menuntut juga untuk dituntaskan. Bagi mereka, lonceng merupakan pertanda bahwa mereka harus bersiap lagi dengan ketegangan belajar.
Pandangan murid banyak yang berubah ketika mereka belum bersekolah dengan ketika masuk sekolah. Sekarang mereka masuk ke dunia yang menuntut mereka untuk bekerja keras. Menyelesaikan semua tugas, berhadapan dengan guru yang tak simpatik, mata pelajaran yang sulit, dan berbagai kesulitan yang akan dihadapi. Memikirkan hal ini tentu sangat sukar bagi sebagian mereka untuk berprestasi, entah itu dibidang akademik maupun olah raga dan seni. Sekolah sampai ada yang mengibaratkan seperti neraka. 

Memang, karena begitu banyaknya siswa, tidak semua guru mampu melayani mereka dengan baik. Ada yang mendapatkan perhatian lebih dari gurunya, dan sebagain yang lain kurang mendapatkan perhatian. Mereka yang mendapatkan perhatian lebih ini, mungkin karena prestasi mereka di sekolah, atau karena  memang ada faktor lain yang membuat guru mereka menjadi lebih perhatian. Namun demikian, banyak juga siswa yang tak mendapatkan perhatian seperti yang mereka inginkan. Mereka ini harinya frustasi. Untuk melampiaskan kekecewaan ini para siswa berbuat macam-macam. Ada yang malas, ada yang  brutal, bahkan ada yang berhenti sekolah. Bagi mereka, sekolah bukan tempat yang nyaman, dan tak seindah yang dibayangkan.
Inilah kenyataan sekolah yang mereka hadapi. Alih-alih mewujudkan masa depan yang cemerlang, mereka justru menuai frustasi di sekolah. Para orang tua terkadang tak peka dengan keinginan anaknya. Orang tua hanya bisa menyalahkan anak yang tak mau sekolah. Demikian pula dengan guru-gurunya. Mereka juga menyalahkan siswa, tanpa mau melakukan cek ulang atas apa yang mereka lakukan kepada para siswanya. Para guru sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka menjadi lalai mendampingi para siswanya agar mampu berprestasi.
Guru sibuk dengan perysaratan sertifikasi agar mendapatkan tambahan penghasilan. Sibuk dengan berbagai kegiatan yang tak berhubungan dengan peningkatan prestasi siswanya, bahkan para guru itu sibuk dengan kegiatan yang tak ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Di lain pihak, Depdiknas juga sibuk. Sibuk mengurusi proyek. Mereka lupa mengurusi pendidikan yang menjadi pekerjaan utama mereka. Seharusnya, para guru yang mengajar tidak disibukkan dengan berbagai masalah administrasi. Untuk administrasi, seharusnya Depdiknaslah yang mengurusnya. Dengan demikian guru dapat mengajar dengan tenang. Persoalan penghasilan lebih banyak mempengaruhi kinerja guru. Tunjangan yang sedikit dan terlambat dibayar, fasilitas yang sangat tidak memadai untuk menunjang pekerjaan mereka, menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Guru sering dihadapkan dengan kualifikasi yang tinggi, tapi disisi lain guru justru tak dihargai sepantasnya. Perjuangan guru banyak yang sia-sia.
Lonceng sekolah yang berdentang diharapkan sebagai tanda untuk memanggil siswa agar mereka berprestasi. Dengan lonceng itu diharapkan bukan pertanda bahwa didepannya ada masalah yang menghadang. Tapi, merupakan ajakan agar siswa datang dan mewujudkan apapun yang mereka inginkan untuk masa depan mereka kelak.

Jumat, 08 Oktober 2010

Lima Jenis Penulis

Eka Budianta, seorang penulis atau pengarang besar di Indonesia, dalam bukunya Senyum Untuk Calon Penulis menyatakan bahwa di dunia ii setidaknya ada 5 jenis pengarang. Mereka menulis sesuai dengan tipe atau jenis masing-masing. Namun demikian, semua pengarang itu memiliki tujuan dan yang sangat jelas dalam menghasilkan karangan atau tulisan. Sehingga, mereka mampu melahirkan prestasi yang cukup bagi diri mereka. Bahkan, diantara mereka ada yang mampu menghasilkan karya tulis yang mendunia. Siapakah mereka itu ?
Pertama. Penulis iseng. Tipe ini adalah orang-orang yang menulis tanpa tahu apa yang menjadi tujuan mereka menulis. Mereka melakukan corat-coret yang terkadang tidak memberikan makna apa-apa bagi pembacanya. Mereka menulis hanya untuk meluapkan perasaan saja. Contoh hasil karya mereka dapat kita lihat di tembok-tembok rumah, dipagar jembatan, batu-batu besar, atau tempat-tempat yang menurut mereka dapat dibaca orang. Umumnya, tulisan tersebut berupa kata atau singkatan, serta ditlis dengan berbagai cara dan gaya. Penulis seperti ini hanya iseng belaka. Bahkan, tak jarang hanya dianggap mengotori oleh mereka yang tidak sependapat dengan mereka. Pemerintah seringkali gerah dengan corat-coret ini, dan dianggap mengotori keindahan kota. Salahkah mereka ? Tentu tidak selamania. Penulis ini tentu memiliki keinginan untuk menghasilkan, dan apabila dibina akan bisa menghasilkan tulisan atau karangan yang lebih baik.

Kedua. Pujangga Keraton. Penulis atau pengarang jenis ini menurut Eka Budianta, adalah penulis yang menulis karena dipesan. Mereka ini seperti penulis biografi, penulis pidato bagi pejabat, atau penulis surat. Mereka bekerja atas pesanan orang lain. Banyak juga orang yang berhasil dibidang ini. Mereka umumnya menulis karena pekerjaan mereka mengharuskan demikian. Mereka yang bertugas menuliskan teks pidato bupati, gubernur, menteri, sampai ke presiden merupakan orang-orang yang pandai menulis dan memiliki pengetahuan yang luas. Setiap saat harus dengan beranekaragam bahan agar pidato yang dituliskan dengan orang yang akan mendengarkannya. Bagi penulis biografi, mereka harus mengetahui seluk-beluk orang yang akan dibuatkan biografinya. Untuk itu, mereka selalu berada didekat orang yang akan menjadi narasumbernya. Penulis jenis kedua ini banyak yang sukses. Contohnya, Ramadhan. KH, atau Yusril Ihza Mahendra. Banyak lagi penulis lain yang menekuni bidang ini, contohnya para sekretaris, baik dipersuahaan atau lembaga swadaya, serta dipemerintahan.
Ketiga. Sastrawan Proyek. Penulis tipe ini adalah mereka yang menulis buku, ertikel, atau naskah apa saja karena adanya pesanan, proyek, perlombaan, dan sebagainya. Media massa sering mengadakan berbagai lomba penulisan. Bak gayung bersambut, begitu banyak juga orang yang mengikutinya. Temanyapun sangat beragam. Para penulis proyek ini selalu berusaha untuk mendapatkan informasi tentang penyelenggaraan lomba. Beragam motivasi mereka yang ikut perlombaan ini. Ada yang karena butuh uang, prestise, dan sebagainya. Mereka membuat karangan sesuai dengan persyaratan yang diminta. Sekarang ini, begitu banyak perlombaan menulis. Sepertinya, kalau kita bisa eksis dibidang ini tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan penghasil yang lumayan.
Keempat. Penulis Profesional. Eka Budianta mencontohkan penulis jenis ini seperti penyiar radio dan wartawan. Mereka ini mau tidak mau, atau suka tidak suka harus menulis. Hal ini terkait dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Penulis jenis ini memilih bidang ini sebagai pekerjaan. Karena ini menyangkut bidang tugas, maka bila tidak dikerjakan akan mendapatkan sanksi. Para penulis buku merupakan penulis professional. Mereka menjadikan buku sebagai produk dan lewat buku itu mereka mendapatkan penghasilan. Hidup mereka bergantung dari buku. Karena itu, mereka berusaha untuk selalu menulis. Bagi mereka, sehari saja tidak menulis, bisa mati. Tulisan yang mereka hasilkan dapat saja asal-asalan, namun banyak pula yang sampai mendunia. Mereka ini bekerja dengan kesungguhan hati, serta karena tanggung jawab.
Kelima. Pengarang Nurani. Jenis ini merupaka penulis yang menulis karena panggilan nurani. Penulis jenis ini tidak banyak, dan umumnya mereka sangat serius. Mereka menggunakan hati nuraninya dalam menulis. Artinya pekerjaan menulis bukan karena perintah, hadiah, pesanan, dan sebagainya. Bagi mereka, karya tulis merupakan wadah untuk mengungkapkan kebenaran yang hakiki. Mereka menulis bukan untuk prestise atau popularitas. Tidak juga demi uang. Mereka murni menulis untuk memperbaiki diri dan lingkungannya, agamanya, atau untuk kepentingan anak cucunya. Penulis jenis ini memang jarang ditemui. Dan umumnya mereka menulis dengan hati, sehingga bagi yang membaca akan sampai juga ke hati.
Itulah lima jenis pengarang atau penulis. Termasuk jenis apakah kita ? terserah saja. Mau pilih yang mana. Karena, semua pilihan itu baik, asal dilakukan dengan baik. Semua karya kita merupakan hasil jerih payah kita. Yang terpenting adalah bagaimana menghasilkan karya yang dapat memberikan manfaat, serta membuat orang yang membacanya berubah menjadi lebih baik. Wallahu a’lam

Selasa, 05 Oktober 2010

Menunggu Kiprah TNI

Beberapa tahun yang lalu kita biasa mendengar istilah AMD. Istilah tersebut merupakan singkatan dari ABRI Masuk Desa. AMD dilaksanakan oleh ABRI dalam rangka meningkatkan kedekatan dengan rakyat. Para tentara melakukan berbagai kegiatan dalam rangka membantu masyarakat untuk menyediakan fasilitas umum atau fasilitas sosial. Bahan yang diperlukan merupakan urunan antara pihak tentara dengan masyarakat. Umumnya fasilitas yang dibangunan atau direhab antara lain bangunan seperti puskemas, masjid, gereja, MCK, pembuatan jalan dan sebagainya. Untuk mengingat parsipasi ABRI tersebut, masyarakat di kampong saya memberi nama jalan dengan Jalan AMD.
Seiring dengan bergulirnya gelombang reformasi di tanah air, seiring pula dengan reformasi ditubuh ABRI, maka ABRI berubah menjadi TNI. Perubahan ini ditandai dengan berpisahnya kepolisian dari unsur TNI. Dengan adanya reformasi tersebut, kegiatan TNI juga mengalamai banyak perubahanan. Gerak langkah TNI lebih terfokus pada penyiapan personil untuk kegiatan peperangan. Sehingga, kegiatan sosial kemasyarakatan mengalami kekurangan. Hal ini setidaknya ditandai dengan semakin sepinya kegiatan TNI di bidang kemasyarakatan. Tentara ditarik ke barak, sehingga mereka seperti mengasingkan diri dari kehidupan nyata masyarakat.

Saat ini peran TNI dibidang kemasyarakatan hanya sayup-sayup terdengar. Begitu banyak orang yang trauma dengan sepak terjang ABRI dimasa lalu. Banyak yang menilai bahwa ABRI pada saat itu mengemban tugas lebih dari yang seharusnya mereka lakukan. Hal itu sebenarnya bukan semata-mata salah ABRI tapi, perbuatan segelintir oknumnya lah yang membuat institusi itu dibenci oleh sebagian orang. Diakui atau tidak, TNI telah memberikan sumbagan besar bagi proses pembangunan masyarakat, khususnya melalui peran mereka dalam AMD.
Sampai saat ini kiprah TNI semakin di bidang kerjasama dengan masyarakat semakin sepi. Kalaupun ada, informasi yang kita sangat sedikit. Entah atau yang terjadi. Mungkin karena anggaran terbatas, atau manfaatnya yang sedikit bagi TNI, atau ada hal-hal lain yang menjadi penyebabnya. Kiprah TNI hendaknya dibangkit kembali. Sebab, perang fisik yang dikomandoi oleh TNI mungkin sangat jarang terjadi. Semua orang didunia ini tentu menginginkan kedamaian.
Terorisme yang berkedok perampokan merupakan gejala gangguan stabilitas masyarakat yang suatu saat akan menjalar menjadi instabilitas Negara. TNI sebagai institusi pertahanan seharusnya bergerak cepat untuk mengantisipasi. Sebab, masalah terorisme merupakan masalah Negara, dan hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab kepolisian semata. Disinilah letak pentingnya kemanunggalan TNI dengan rakyat. Dengan adanya kegiatan seperti TNI Masuk Desa merupakan salah satu upaya untuk menekan masalah itu. TNI tidak boleh lagu hanya menunggu perang terjadi baru bergerak. Kegiatan TNI Masuk Desa harus mampu menjadikanlangkah TNI dalam mengatasi masalah terorisme di Negara kita ini.
Masyarakat dan TNI harus bahu membahu dalam menjaga keuntuhan NKRI. Untuk itu diperlukan kerjasama yang intensif. Bentuk kerjasama itu dapat berupa berperan sertanya TNI dalam kegiatan keseharian masyarakat. Kedekatan TNI merupakan modal yang sangat berharga dalam membina masyarakat.
Membangun sarana dan prasarana masyarakat, membina mental dan sikap, mengembangkan potensi yang ada ditengah masyarakat merupakan salah sau bentuk partisipasi TNI dalam menjaga keutuhan bangsa. Dengan kegiatan tersebut, TNI menjadi lebih dekat dengan masyarakat sebagai mitra kerjanya. Rakyat tentu sangat mengharapkan bantuan nyata dari TNI.
Kita akui bahwa tidak semua personil TNI yang baik. Namun, sangat banyak anggota TNI yang baik. Merupakan kader rakyat yang diserahkan kepada TNI untuk dibina dan dimanfaatkan bagi pertahanan bangsa dan Negara. Karena itu, personil TNI harus mampu mendekatkan dirinya dengan rakyat sebagai induk semangnya. Istilah tentara rakyat merupakan personifikasi dari kekuatan TNI dalam menjaga rakyatnya. Untuk itu, diperlukan kerjasama yang baik. Tentara rakyat adalah tentara yang berjuang bersama rakyat, bukan tentara yangmemmusuhi rakyatnya. Selamat Ulang Tahun ke-65 TNI

Senin, 04 Oktober 2010

Pemerintahan Yang Tak Menarik

Betapa tidak menariknya pelaksanaan pemerintahan kita ini. Setiap lini seperti bekerja sendiri-sendiri. Menteri koordinator yang bertugas mengkoordinasi para menteri seperti tak bergerak kemana-mana. Hal ini terlihat dari belum adanya tanda-tanda perbaikan dinegeri kita ini. Rakyat yang menjadi obyek pembangunan oleh pemerintah belum mendapatkan apa yang seharunya mereka dapatkan. Rakyat masih saja dalam penderitaan yang berkepanjangan. Pemerintah yang diharapkan mampu memperbaiki nasib rakyatnya, justru asyik dengan dirinya sendiri.
Sementara itu, penegakkan hukum belum juga memenuhi rasa keadilan rakyat. Penegak hukum yang diharapkan mampu membenahi karut marut hukum, justru berkubang dengan masalah hukum. Jangankan memperbaiki rakyatnya, memperbaiki dirinya saja belum mampu. Masalah penetapan Kapolri dan Jaksa Agung, sampai saat ini belum ada titik terangnya. Yang ada hanya wacana saja. Apa yang bisa kita harapkan dengan keadaan yang seperti ini.
Kita memang tidak menginginkan suatu perubahan yang sekejab. Tetapi paling tidak semua langkah perbaikan harus dilakukan secara simultan dan cepat. Kebiasaan untuk mengulur-ulur waktu tentu tidak baik bagi proses pembangunan bangsa. Begitu banyak masalah bangsa dan masalah kerakyatan yang sampai sekarang belum selesai. Kita sangat berharap semua itu segera berakhir, agar kita bisa melanjutkan ke langkah berikutnya. Sampai saat ini kita seperti jalan di tempat.

Rencana pembangunan disusun dengan baik pada saat kampanye pemilihan kepala Negara. Tapi semua itu sepertinya hanya tinggal rencana. Pemerintah boleh saja mengatakan bahwa mereka telah berhasil membangun bangsa, tapi kenyataan yang ada, masih banyak rakyat yang hidup dalam keterbatasan baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Jurang pendapatan yang demikian besar antara yang kaya dengan yang miskin seharusnya membuat sadar bahwa masih banyak rakyat yang menderita. Pemerintah hanya terpaku pada mereka yang berhasil, sementara mereka yang masih terpuruk tidak mendapatkan perhatian. Semua ini tentu membawa beban bagi rakyat. Rakyat merasa bahwa mereka diacuhkan oleh pemerintahnya. Akhirnya, mereka mengambil jalan pintas agar diperhatikan. Teroris, kekerasan, perampokan, dan berbagai kejadian yang ada selama ini, menunjukkan sebagian dari frustasi masyarakat. Mereka yang mengambil jalan yang berbeda dengan pemerintah mungkin karena tidak ada perhatian pemerintah.
Setiap saat kita menyaksikan aparatur pemerintah tersenyum, tertawa, perlente, sejahtera, dan menikmati berbagai fasilitas mewah dari Negara. Sedangkan, di pihak lain, rakyat hanya bisa menonton opera para aparatur tersebut. Ada rasa ditinggalkan, dan ada jarak antara rakyat dengan pemerintahnya. Hal ini menimbulkan rasa frustasi bagi rakyat. Akhirnya, tak sedikit saudara-saudara kita yang mengambil jalan pintas, dan melakukan perbuatan melawan hukum. Perbuatan saudara kita ini tentu tidak bisa disalahkan seratus persen. Pemerintah harus berkaca bahwa tindakan rakyat itu, sedikit banyaknya terjadi karena kelakuan pemerintah yang tak peduli.
Akankah setiap saat kita menyaksikan terjadinya perang antara aparat pemerintah dengan rakyatnya. Teroris dan perampokan menjadi alas an bagi aparat pemerintah untuk bermusuhan dengan rakyatnya. Saya bukan berarti membenarkan tindakan para pelaku kejahatan tersebut. Sebab, yang salah tetap salah, dan mereka harus diberi balasan yang setimpal dengan kesalahannya. Namun, pemerintah dan kita semua harus mampu merangkul mereka agar berubah menjaid baik. Tindakan pemerintah yang memerangi mereka dengan senjata tidak akan membuat mereka jera. Tapi bagaimana mendekati keluarganya agar menjadi lebih baik tentu hal yang terbaik.
Perang yang diperlihatkan oleh aparat keamanan terhadap segelintir anak bangsa memperlihatkan bahwa aparat keamanan sudah kehilangan akal dalam membina rakyatnya. Hal ini juga tak bisa dilepaskan dari perilaku aparat tersebut dalam membina masyarakat selama ini. Perlakuan tersebut, dapat berupa tindakan kekerasan, tidak adil, atau tindakan lain yang melukai hati rakyat. Selama ini kita banyak mengalami bagaimana tindakan aparat keamanan terhadap kita. Apalagi bila kita yang secara ekonomi dan sosial, tidak beruntung, maka perlakuan akan berbeda dengan mereka yang punya uang. Perlakuan ini tentu merobek rasa keadilan rakyat. Seolah-olah kita yang miskin dan terpinggirkan tak pantas mendapatkan keadilan. Karena rasa frustasi itu, akhirnya sebagian dari anak bangsa justru melawan. Dan perlawanan itu dilakukan dengan kekerasan.
Akankah semua ini selalu terjadi setiap saat. Semoga saja tidak. Tapi, bila pemerintah tidak melakukan perbaikan dalam melayani rakyat, tentu semua bias terulang kembali. Hal yang justru aneh, aparat keamanan justru bangga telah berhasil melumpuhkan anak bangsa dengan senjatanya.

Minggu, 03 Oktober 2010

100 Buku

Sampai saat ini saya sudah merampungkan bacaan setidaknya 100 buku. Jumlah tersebut terdiri dari berbagai macam jenis buku. Mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, sejarah, novel, dan sebagainya. Dengan berbekal sejumlah buku bacaan tersebut, saya mulai pede untuk berdiskusi dengan beragam orang. Disamping itu, saya juga sudah mulai berani memberikan sedikit pencerahan kepada beberapa orang tentang hidup dan kehidupan. Bahkan, dengan bekal tersebut saya sudah mulai berani berkhutbah pada beberapa kali sholat jum’at di kampung saya.
Sampai saat ini belum ada terdengar ada yang kompalin tentang berbagai hal yang saya sampaikan. Mungkin mereka enggan, tidak mengerti, atau bahkan karena saya yang tidak peka dengan pembicaraan mereka. Entahlah. Tapi hingga saat ini semua berjalan dengan baik. Lebih gilanya lagi, dengan berbekal 100 buku itu saya sudah berani untuk bermimpi menulis sebuah buku.
Dalam beberapa kesempatan mendengarkan ceramah para ahli tingkat kampung, saya sudah mulai protes atau sedikit berbeda pendapat dengan mereka. Apa yang mereka sampaikan, menurut saya ada yang keliru. Walapun terkadang apa yang keliru itu saya juga sulit menjelaskannya. Ketika hal itu terjadi, para ahli tingkat kampung itu ada yang terdiam, ada juga yang berusaha mempertahankan pendapatnya, dan tak jarang justru mereka mempertanyakan kembali tentang pendapat saya. Menghadapi hal seperti ini saya selalu berusaha untuk merujuk kepada buku-buku bacaan yang pernah saya baca.

Jumlah buku tersebut merupakan koleksi yang saya miliki sampai saat ini. Jumlah tersebut belum termasuk  yang saya pinjam dengan teman, atau yang saya baca diperpustakaan. Apalagi bila dijumlahkan dengan surat kabar yang saya baca tiap hari, entah itu yang lokal maupun nasional. Saya sudah merasa lengkap dengan pengetahuan yang saya miliki.
Untuk mendapatkan buku memang tidak mudah. Selain harganya yang cukup mahal, letaknyapun jauh. Namun demikian tak menyurutkan tekad saya untuk menambah pengetahuan. Buku atau bacaan merupakan kebutuhan primer setelah makanan. Buku telah menjadi teman setia yang selalu siap mendampingi dimanapun saya berada.
Namun, akhir-akhir ini saya sering gundah. Pasalnya, apa yang saya sampaikan ternyata semua sudah diketahui oleh orang yang selalu menjadi lawan bicara saya. Demikian juga dengan para jamaah sholat jum’at dimasjid. Mereka tidak memberikan tanggapan karena apa yang saya sampaikan mereka sudah paham semua sebelum saya menyampaikannya. Mereka tinggal mempraktekkannya saja.
Stress, bingung, sedih, dan berbagai perasaan bercampur aduk dalam hati saya. Selama ini saya berpikir bahwa dengan 100 buku itu sudah cukup memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat, setidaknya mereka yang selalu berdiskusi dengan saya. Ternyata, mereka terkadang memiliki pengetahuan melebihi apa yang saya miliki. Tak jarang mereka menyudutkan saya dengan berbagai hal yang memang benar-benar tidak saya ketahui.
Seratus buku membuat saya sombong dan angkuh dengan pengetahuan saya. Sementara mereka yang saya anggap masih ketinggalan pengetahuannya selalu berusaha untuk memperbaiki dengan berbagai cara. 100 buku telah membutakan mata saya bahwa apa yang saya punya belum memiliki arti apa-apa dibandingkan dengan apa yang harus saya perbaharui lagi.
Saya harus bisa melakukan instrospeksi diri lagi tentang diskusi yang saya lakukan, ceramah yang saya sampaikan, atau khutbah jum’at yang telah disampaikan. Menambah pengetahuan harus dilakukan secara terus menerus, dan tidak terpaku pada berapa lembar bahan bacaan.
Ternyata, 100 buku belum cukup untuk memenuhi keinginan kita menjadi yang terbaik. Diperlukan ribuan bahkan jutaan buku agar kita selalu menjadi manusia solusi, yaitu manusia yang mampu memberikan pengetahuan lebih kepada siapa saja yang memerlukannya. Saying, harga buku tergolong mahal di Negara kita. Sementara, pendapatan saya untuk mendapatkan buku-buku yang saya inginkan menjadi tambah sulit. Adakah mereka-mereka yang disebut pemimpin memperhatikan masalah cetakan buku ini. Harga yang mahal, distribusi yang terbatas, dan berbagai kendala lainnya menjadi penghalang bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih baik. Wallahu a’lam.

Jumat, 01 Oktober 2010

Beramal Shaleh

Kita hidup di dunia ini diciptakan oleh Allah SWT untuk tunduk beribadah kepada-Nya.  Namun demikian, tidak sedikit manusia yang tidak mau tunduk dan patuh kepada-Nya. Hal ini dilakukan oleh manusia karena mereka merasa bahwa kehidupan dunia adalah segala-galanya. Syetan dan iblis telah membutakan mata dan hati mereka, sehingga mereka selalu berpaling dari ajaran Allah SWT. Masalah ketundukan beribadah ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran dan oleh Rasulullah SAW. Hal ini seperti yang tertuang dalam Al-Quran surat Adz-Dzariat: 56  
"dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".
Jin dan manusia merupakan dua makhluk Allah yang berbeda. Jin diciptakan dari api, sedangkan manusia dari tanah. Namun, dalam kenyataannya, jin lebih banyak ingkar kepada Allah SWT. Demikian pula dengan manusia. Begitu banyak manusia yang enggan dan bahkan ingkar akan ketentuan Allah SWT tersebut. Dengan berbagai alas an, manusia berusaha mengelak dari kewajiban untuk mengabdi kepada Allah. Bahkan, yang lebih aneh lagi justru manusia menuhankan jin.
Untuk menunjukkan pengabdian kepada AllahSWT dapat dilakukan dengan berbagai hal. Ibadah merupakan hal yang mutlak dilakukan. Disamping itu, hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan berbagai kebaikan. Kebaikan tersebut berhubungan dengan manusia dan kemanusiaan. Beramal shaleh merupakan bentuk ketundukkan yang harus dilakukan oleh manusia.

Beramal shaleh dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menyingkirkan duri di tengah jalan, memberikan sedekah, melaksanakan ritual agama, bersilaturrahmi, atau kegiatan lain yang memiliki nuansa ibadah merupakan bentuk dari amal shaleh. Dalam melakukan amal shaleh, harus diperhatikan  rukun dan syaratnya. Hal ini penting agar apa yang kita lakukan itu sesuai dan dapat di terima oleh Allah SWT. Apabila semua perbuatan yang kita lakukan yang merupakan perwujudan dari amal shaleh, bila tidak sesuai dengan ajaran agama tentu akan tertolak. Ini merupakan perbuatan yang sia-sia. Tentu Allah sangat benci dengan orang melakukan perbuatan sia-sia.
Kewajiban beramal shaleh tidak hanya bertuju pada laki-laki semata, atau perempuan semata. Kewajiban ini berlaku untuk semua. Laki-laki, perempuan, tua maupun muda, dan sebagainya. Syarat yang harus diperhatikan adalah ia merupakan manusia yang beriman kepada Allah SWT. Hal ini telah di persyaratkan oleh Allah SWT sebagai berikut : 
"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun". (An-Nisa: 124)
Manusia beriman adalah manusia yang yakin kepada Allah, Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, qadha dan qadhar, malaikat, dan hari kemudian. Hal ini terkenal dengan rukun iman. Lalu, bagaimana dengan orang yang tak beriman. Apakah bila mereka melakukan kegiatan amal shaleh, mereka akan mendapatkan balasan dari Allah SWT ? Sesuai dengan ayat diatas, maka bagi orang yang tak beriman kepada Allah tak akan mendapatkan surga. yang telah dijanjikan oleh-Nya.
Pada surat yang lain, Allah menjanjikan kepada orang Yahudi dan Nasrani, bahwa apabila mereka beramal shaleh, Allah SWT akan memberikan balasan pahala. Syaratnya, tentu mereka harus yakin dulu kepada Allah SWT yang menciptakan mereka. Namun, karena orang Yahudi dan Nasrani sangat sedikit, bahkan tidak ada yang yakin kepada Allah dan rasul-Nya, tentu mereka tidak akan mendapatkan balasan pahala dari Allah, walaupun mereka melakukan perbuatan amal shaleh.
Inilah kemenangan kita orang islam. Keyakinan kita kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Pencipta dan tempat untuk berbakti telah memberikan kemudahan kepada kita bahwa amal sahleh kita akan di terima. Sangat rugilah kita yang melalaikan perbuatan amal shaleh ini. Manusia yang melakukan perbuatan amal shaleh merupakan manusia terbaik yang ada di dunia ini. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Bayyinah ayat 7 sebagai berikut :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk".

Menjadi sebaik-baik makhluk bukanlah mudah. Untuk mendapatkan itu, kita harus memperbanyak perbuatan amal shaleh. Perbuatan amal shaleh yang ringan, tetapi dialukan secara terus menerus merupakan perbuatan yang sangat disukai oleh Allah SWT. Memberikan sedekah, melaksanakan puasa sunat, mengerjakan sholat sunat, atau perbuatan lainnya yang dilakukan secara terus menerus merupakan hal yang sangat baik.
Mulai dari sekarang mari kita perbanyak amal shaleh. Mengerjakan sholat berjamaah, tadarus Al-Quran, berzikir, bersedekah, bersilaturrahmi, atau perbuatan lainnya. Semua itu merupakan bekal bagi kita di akhirat kelak. Semua perbuatan baik yang merupakan amal shaleh pasti akan mendapat balasan dari Allah SWT. Balasan tersebut adalah surga yang selalu kita rindukan. Menarik bukan ?
Dalam surat Al-Quran Allah SWT menegaskan bahwa bagi manusia yang mengerjakan amal shaleh dijanjikan surga And yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. 
"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya". (Al-Bayyinah: 8)

Berminat ? Segeralah berbuat amal kebajikan. Allah SWT menyediakan surga-Nya untuk anda.

Pancasila; Benci Tapi Rindu

Tanggal 1 oktober, diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila. Dulu, setiap malam tanggal 30 september diputar film tentang G 30 S/PKI. Sekarang jarang, bahkan hamper tak pernah lagi diputar film itu. Hal itu dilakukan dengan maksud untuk memperlihatkan kembali kekejaman komunis di Indonesia. Terlepas dari benar atau tidak, film tersebut tentu memberikan pelajaran yang baik bagi kita rakyat Indonesia.
Pada jaman orde baru, Pancasila seperti “agamanya” pemerintah dan rakyat Indonesia. Segala sesuatunya harus berlandaskan Pancasila. Bagi yang menentang, akan dicap sebagai komunis, tak nasionalis, dan sebagainya. Serta pasti akan dituduh sebagai pelanggaran subversib, yang ujung-ujungnya akan di penjara. Semua itu tentu berawal dari Soeharto dan diteruskan oleh para pembantunya.
Apa yang dilakukan oleh Soeharto dengan “Pancasilanya” itu dulu sering dianggap salah. Tapi, sekarang melihat perkembangan Negara kita yang semakin menuju ke jurang kehancuran, kita harus bertanya kembali tentang hakekat Pancasila itu. Pancasilanya  yang salah atau orang yang menjalankannya yang salah ?
Pancasila dengan 5 sila dan 36 butir penjabarannya, beberapa tahun terakhir ini seakan hilang di telan bumi. Banyak orang yang enggan membicarakannya. Padahal, pada jaman orde baru, Pancasila diperlakukan dengan sangat terhormat. Semua orang harus mengikuti penataran P4, disekolah dilombakan cerdas-cermat P4, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian nilai-nilai Pancasila. Mulai dari SMP, SMA, perguruan tinggi, diselenggarakan penataran P4. Sekarang, hal itu tak pernah dilakukan lagi. Mungkin pemerintah merasa bahwa hal itu tak perlu lagi.

Orde reformasi yang ditandai dengan kebebasan, telah menjadikan rakyat Indonesia sangat buas. Segala sesuatu yang berbau orde baru dibabat habis. Kita seperti tak kenal apakah itu baik atau tidak. Pancasila sebagai suatu tata nilai ikut dibabat juga. Padahal, nilai-nilai Pancasila sangat luhur. Apabila semua nilai tersebut dapat diamalkan oleh setiap manusia Indonesia, tentu semua akan berjalan dengan baik. NKRI yang selalu didengung-dengungkan oleh kita semua, akan menjadi sempurna apabila butir-butir tentang sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam kehidupan nyata kita. Apalagi bila butir-butir dari sila yang lain diwujudkan pula, tentu akan lebih sempurna lagi.
Sekarang ini samar-samar terdengar beberapa orang menyerukan untuk mendudukan Pancasila pada tempatnya semua. Memang Pancasila tidak mesti menjadi satu-satunya asas kehidupan berbangsa dan bernegara, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita melestarikan dan mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita. Nilai-nilai Pancasila perlu ditumbuh-suburkan. Apalagi beberapa hari ini kita terus disuguhkan dengan berita tentang pertikaian anak bangsa yang dilatari oleh masalah etnis, keyakinan dan sebagainya.
Kita tentu yakin bahwa Pancasila akan mampu menjawab semua tantangan itu. Pancasila dengan 36 butir penjabarannya pasti bisa menjadi solusi untuk mengatasi munculnya disintegrasi bangsa, baik yang disebabkan oleh pertikaian, atau oleh masalah lain. Pancasila juga diyakini mampu meningkatkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia asalkan diterapkan dengan benar.
Selama ini Pancasila disatu sisi dibenci, tapi disisi lain sangat dirindukan kehadirannya kembali. Akankah kita terus-menerus menyembunyikan Pancasila, sementara kondisi bangsa kita menuntut kita untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara yang benar-benar menjadi dasar. Bukan hanya sebatas slogan semata.
Hari ini merupakan hari peringatan kesaktian Pancasila. Kita berharap, mulai hari ini kita akan menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya pedoman dalam berbangsa dan bernegara, serta menjadi falsafah hidup rakyat dan bangsa Indonesia. Bravo Indonesia.