Selasa, 31 Agustus 2010

INVESTASI CEPAT DAN MENGUNTUNGKAN

Banyak tawaran investasi yang diberikan oleh berbagai lembaga ekonomi, seperti saham, valas, reksadana, dan sebagainya Tapi bagi kami di daerah yang cukup jauh dari kota. Hal itu hanya sebatas informasi dan pengetahun saja. Selain itu, untuk melakukan investasi pada bidang tersebut dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Setidaknya itu hal sementara ini yang kami ketahui.
Saya selalu mengimpikan pilihan investasi tersebut hadir di tengah-tengah kehidupan saya. Tapi sampai sekarang hal tersebut belum terwujud. Sebagai salah satu cara untuk menjamin kehidupan dimasa yang akan datang, saya hanya berinvestasi pada tanah saja. Saya baru memulia investasi tanah beberapa waktu yang lalu. Bermodalkan uang Rp 3.000.000,- sampai Rp 7.000.000,- saya berusaha untuk mendapatkan sebidang tanah. Dengan kisaran harga tersebut ukuran tanah yang dapat saya beli adalah 20 m x 30 m. untuk mendapatkan ukuran yang lebih besar tentu memerlukan anggaran yang lebih besar pula.
Harga tersebut juga dipengaruh oleh berbagai hal, seperti kemampuan kita untuk melakukan tawar menawar, lokasi tanah, dan sebagainya. Saya belum tahu apakah cara investasi ini sudah pas atau belum.

Tahun ini saya berencana untuk membeli lagi sebidang tanah. Letaknya memang jauh dari pemukiman, tapi saya yakin suatu saat derah tersebut pasti akan berkembang. Saat ini memang agak jarang orang yang mau menyimpan tanah didaerah tersebut. Saya hanya berspekulasi saja. Mungkin dengan modal sekitar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta saya sudah mendapatkan sebidang tanah 15 m x 20 m. saya tahu apakah harga ini mahal atau tidak.
Kemampuan analisis harga memang tak saya punyai. Saya hanya mengandalkan pikiran semata, bahwa semakin lama manusia semakin banyak, serta memerlukan lahan untuk tempat tinggal. Kepercayaan ini saja yang menjadi modal utama untuk melakukan investasi tanah.
Sebenarnya investasi emas juga bisa. Tapi saya lebih takut investasi emas karena harganya kurang begitu stabil. Lagi pula untuk investasi emas memerlukan modal yang sangat banyak, disamping pengetahuan saya yang sangat terbatas tentang hal tersebut. Faktor lainnya adalah emas sangat rentan di curi, serta kalau sudah hilang sangat susah untuk dilacak.
Saya tidak tahu apakah yang saya lakukan ini merupakan langkah yang benar atau salah. Mungkinkah investasi tanah merupakan investasi yang cepat dan menguntungkan. Semoga saja begitu.

Senin, 30 Agustus 2010

Pemimpian Yang Adil

Semua orang bisa menjadi pemimpin. Namun, tidak semua orang mampu menjadi pemimpin yang adil. Sebab, pemimpin yang adil merupakan pemimpin yang didambakan oleh rakyatnya. Pemimpin yang adillah yang akan mampu membawa kebaikan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Kita semua adalah pemimpin, setidak-tidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri. Dan karena itu, maka setiap kita suatu saat akan mempertanggung jawabkan kepemimpinan kita itu.
Terlebih lagi sebagai pemimpin negara, orang yang dipercaya memimpin rakyatnya, diharapkan mampu memenuhi keingnan rakyat tersebut. Keadilan merupakan harapan terbesar bagi rakyat sebuah negara. Sering pula, masalah keadilan menjadi batu sandungan bagi seorang menjadi pemimpin.
Rasulullah saw menyatakan bahwa ada tiga orang yang tidak ditolak do’anya, yaitu orang yang berpuasa hingga ia berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya (HR Ahmad dan Tirmidzi). Begitulah ketentuan Allah SWT bagi pemimpin yang adil. Do’a merupakan senjatanya umat manusia. Manusia yang tak mau berdo’a adalah manusia yang angkuh, sombong, serta balasannya tentu dosa.

Kembali kepada masalah peminpin. Untuk mendapatkan pemimpin yang adil ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.
Pertama. Tidak menggunakan kekuasaannya untuk menindas orang-orang yang dipimpinnya. Banyak kejadian di dunia ini dimana pemimpinnya menjadikan rakyatnya sebagai budak. Rakyat dipaksa melakukan apapun yang diperintahkan oleh pemimpinnya demi kekuasaan, kekuatan, dan keserakahan pemimpinnya. Bagitu banyak rakyat yang terzhalimi hak-haknya hanya demi memenuhi ambisi pemimpinnya. Pemimpin yang seperti ini alih-alih membuat rakyatnya sejahtera, justru membawa penderitaan.
Kedua. Tidak menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri, keluarga, atau orang lain yang ada hubungannya dengan diri pemimpin tersebut. Banyak yang setelah diangkat menjadi pemimpin, setelah memimpin justru sibuk memperkaya diri, keluarga, dan orang-orang terdekatnya. Ia lupa dengan kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya, yang memerlukan bantuan dari sang pemimpin. Kepemimpinan selalu bersama dengan kekuasaan. Dengan kekuasaan tersebut seorang pemimpin dapat melakukan apa saja. Ia dapat melakukan sesuatu yang akan membawa kebaikan bagi rakyatnya atau justru sebaliknya. Begitu banyak kenyataan didepan kita, bagaimana seorang pemimpin yang justru terjebak pada usaha memperkaya diri sendiri.
Ketiga. Tidak menggunakan kekuasaannya untuk membuat aturan yang menguntungkan dirinya sendiri. Diantara pemimpin yang telah kita pilih, ada pemimpin yang mengatur sendiri aturan negara agar berpihak kepadanya. Peraturan perundang-undangan dibuat dan tafsir sesuai keinginannya. Pemimpin seperti ini justru akan membawa malapetaka bagi rakyatnya. Semua aturan harus disesuaikan dengan kepentingan sang pemimpin.
Keempat. Menjadikan hukum sebagai panglima. Sesungguhnya, masalah keadilan tidak hanya sebatas berhubungan dengan hukum semata. Tetapi, hukum merupakan tonggak pertama yang harus ditegakkan agar masalah-masalah yang lain dapat diselesaikan dengan baik. Apabila pemimpin menggunakan hukum sebagai alat untuk menindas rakyatnya, bersiap-siaplah untuk menuju kehancuran. Hukum menjadi senjata untuk melanggengkan kekuasaan. Pemimpin seperti ini merupakan merupakan iblis atau setan yang siap menjerumuskan rakyatnya kejurang kehancuran, penderitaan, dan keterbelakangan.

Kita tentu berharap bahwa pemimpin-pemimpin kita merupakan pemimpin yang adil. Kita juga berharap bawah selain do’anya orang yang berpuasa, do’anya orang yang teraniaya, do’anya para pemimpin akan dikabulkan oleh Allah SWT. Atau apakah belum adanya perubahan ke arah kemajuan yang kita cita-citakan selama ini karena beluma adanya pemimpin yang adil di negeri yang kita cintai ini ? Wallau ‘alam.

Minggu, 29 Agustus 2010

Kaya, Berkuasa, Masyhur, dan Alim

Disadari atau tidak, semua manusia ingin kaya, berkuasa, masyhur, dan alim. Semua itu merupakan pertanda bahwa status sosial orang yang menyandangnya pasti tinggi. Untuk itu, manusia rela melakukan apa saja, termasuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Kerakusan, ketamakan, keserakahan, iri, dengki, merupakan pendamping setia bagi manusia yang terobsesi dengan hal tersebut. Sangat jarang orang yang mendapatkan keempat hal tersebut dengan wajar. Kalaupun ada, maka tokoh tersebut merupakan manusia pilihan yang sangat langka saat ini.

He ….he..he sayapun sangat ingin mendapatkannya. Sayang, sampai saat ini belum ada yang kecantol dengan saya. Kaya, tidak. Kuasa tak punya. Termasyhur, sangat jauh. Alim sepertinya masih dalam angan-angan.
Untuk mendapatkan kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman, memang tidak mudah. Diperlukan pengorbanan yang tidak kecil untuk mendapatkannya. Manusia, dengan potensi yang dimilikinya berusaha untuk mendapatkannya. Tak jarang, karena salah langkah, bukan kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman yang di dapat. Tak jarang pula, manusia menjadi lebih ganas, buas, kejam dan sejenisnya hanya karena kaya, kuasa, masyhur, dan alim. Karena keempat predikat itu, banyak manusia yang akhirnya justru memenjarakan dirinyan dalam kemiskinan, ketakberdayaan, penghinaan, dan kebodohan. Kalau demikian, tak bolehkah orang menjadi kaya, berkuasa, masyhur, dan alim. Tentu harus. Namun yang paling penting adalah bagaimana cara mendapatkan keempat hal tersebut dengan cara yang benar.
Hal inilah yang sangat sulit bagi saya. Saya sering mentertawakan diri saya dengan angan-angan menjadi orang kaya, ditambah dengan kekuasaan yang besar, sementara semua orang dari seluruh pelosok negeri mengenal saya, saya merupakan tempat bagi semua orang untuk berguru. Sayang, seribu sayang semua hanya angan belaka. Duh … nasib……nasib.
Kaya, merupakan hal pertama yang diusahakan oleh manusia. Sebab, berawal dari kekayaan orang akan mendapatkan kuasa, masyhur, dan alim. Syaratnya, manusia harus memanfaatkan kekayaannya dengan benar agar kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman yang didapatkan menjadi benar dan bermanfaat bagi sesamanya. Sumber kekayaan akan memberikan pengaruh bagi pencapaian kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman. Tak sedikit manusia yang justru terjerumus dalam kemiskinan, ketakberdayaan, kehinaan, dan kebodohan akibat dari kekayaan yang didapatkannya. Mata hatinya buta karena harta. Perilakunya amoral karena kerakusannya. Pikirannya sempit karena hartanya. Dan seterusnya.
Kekuasaan. Wuiihh…… siapa sih yang tak mau. Taku tak jua kamu, mau. Bagaimana tidak, dengan kekuasaan itu kita bisa melakukan apa saja. Bukti nyata, Soeharto, ketika berkuasa dapat melakukan apa saja untuk kekuasaannya. Walaupun karena kekuasaannya itu ia diberhentikan, tapi karena kuasalah seorang Soeharto kaya, termasyhur, dan terlihat alim. Banyak manusia yang mampu memanfaatkan kekuasaannya untuk kesejahteraan umat manusia. Muhammad Yunus memperoleh hadiah nobel perdamaian karena kekuasaannya untuk memberikan layanan keuangan kepada rakyat kecil di negaranya. Dengan perantaraan Gramen bank, Yunus memberdayakan rakyatnya agar menjadi lebih baik.
Termasyhur, terkenal merupakan dambaan semua orang. Dengan keterkenalan itu, kita menjadi lebih mudah. Mudah dalam berurusan, mudah mendapatkan penghasilan, mudah mendapatkan pelayanan, dan berbagai kemudahan yang lainnya. Lihat saja, mereka yang kita sebut sebagai selebriti, dimana-mana mereka disambut bagi raja, dielu-elukan, dilayani, dan sebagainya. Bandingkan dengan kita yang bukan siapa-siapa, dan bukan apa-apa ini. Untuk mengurus KTP saja susahnya minta ampun. Belum lagi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Jadi pengamen saja diburu, karena dianggap menggangu keamanan dan kenyamanan segelintir orang.
Menjadi orang alim atau orang pintar merupakan impian setiap orang. Tentu orang pintar yang dimaksud bukanya orang yang pintar seperti dukun yang kerjaannya hanya meramal saja. Orang pintar atau alim disini adalah orang yang memiliki ilmu dan ilmunya dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia. Bukan sebaliknya. Orang yang alim bukan juga orang yang tinggal dimenara gading yang tak terjangkau oleh kita semua.  Orang pintar adalah orang yang mampu menjadikan sesuatu yang rumit, njelimet, dan sejenisnyan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami.

Manusia macam ini memang sulit dicari. Banyak orang yang mengklaim dirinya alim atau pintar tetapi tindakan dan perbuatannya tidak mencerminkan kealiman dan kepintarannya. Yang dilakukannnya bertolak belakang dengan apa yang dikatakannya. Menjadi manusia alim adalah menjadi manusia yang selaras antara perkataan dan perbuatannya.
Itulah empat hal yang menjadi idaman setiap manusia, termasuk saya. Bagi saya kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman harus diupayakan. Bodoh rasanya kalau kita tidka memperdulikan keempat hal tersebut. Minimal salah satunya bisa saya dapatkan. Semoga Allah SWT memberikan salah satunya untuk saya sebagai bekal mengarungi kehidupan dunia yang fana ini. Wallau ‘alam bishawab

Sabtu, 28 Agustus 2010

Pemilihan "Tukang Sapu". Busyro atau Bambang ?

Panitia Seleksi Calon Ketua KPK sudah melaksanakan tugasnya. Panitia tersebut telah menghasilkan dua nama yang direkomendasikan kepada DPR RI untuk dipilih satu orang menjadi ketua KPK. Panitia telah menetap Busyro Muqaddas dan Bambang Widjayanto sebagai calon terpilih. Mereka berdua mengalahkan lima calon lainnya.
Selanjutnya, kita berharap kepada DPR agar melakukan seleksi secara baik. Beberapa contoh rekrumen pejabat negara yang kurang baik adalah ketika pemilihan Miranda Gultom sebagai deputi senior gubernur BI. Hal ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi anggota DPR. Miranda melenggang, anggota DPR masuk penjara.

Kedua orang yang terpilih tersebut memang sudah tidak diragukan lagi sepak terjang dan integritasnya. Tapi, sebagai manusia biasa, mereka berdua tentu memiliki kekurangan dan kelemahan maisng-masing. Untuk menutupi kelemahan dan kekurangan tersebut, tugas kitalah. Apabila terpilih, salah satu diantara mereka akan menjadi pejabat negara yang diharuskan untuk membersihkan negara kita dari praktek Korupsi. Selama ini, usaha tersebut sudah dilakukan, tetapi masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan oleh seluruh rakyat.
Orang yang terpilih nanti memiliki tugas yang mirip dengan tukang sapu. Tukang sapu, sangat kering dengan imbalan. Mereka bekerja sepanjang hari membersihkan berbagai alat, sarana, dan sebagainya agar menjadi bersih. Ketika membersihkan rumah, maka mereka harus hati-hati agar barang rumah yang dibersihkan tidak pecah berantakan. Namun demikian, tak ada barang yang luput dari tangan mereka untuk dibersihkan. Umumnya, tuan rumah akan marah besar bila rumah tidak dibersihkan dengan baik. Banyak sekali tuan rumah yang menyuruh tukang sapunya untuk membersihkan kembali rumah bila dirasa ada tempat atau barang yang belum dibersihkan dengan semestinya.
Caci-maki, umpatan, kata-kata kasar, sampai tendangan dan tamparan tidak jarang diberikan oleh tuan rumah bila tukang sapunya tak becus bekerja. Demikian pula dengan ketua KPK, kata-kata tersebut akan berhamburan dari mulut masyarakat bila mereka tak mampu membersihkan negara ini dengan baik. Diperlukan kekuatan mental, dan kekuatan fisik agar mereka mampu bertahan menjadi tukang sapu negara.
Diantara penghuni negara ini, tidak semuanya setuju dengan tukang sapu. Entah karena iri dan dengki, kepentingannya terancam, atau memang suka dengan yang kotor-kotor, maka fitnahan, ancaman, intrik, dan sebagainya pasti akan terjadi. Kasus Antasari Azhar merupakan contoh nyata. Kita tentu berharap jangan yang terpilih nanti mengalami nasib yang sama dengan Antasari.

Untuk mendapatkan pekerjaan yang bersihkan diperlukan peralatan berupa sapu yang bersih. Selain itu, anggota rumah juga harus menjaga kebiasaan hidup bersih. Hidup bersih inilah yang harus dibiasakan oleh tukang sapu. Bagi penghuni rumah yang biasa kotor harus diberikan tindakan agar kembali menjadi bersih. Demikian pula yang sudah biasa bersih agar tetap bersih, jangan sampai ikut-ikutan menjadi tidak bersih.
Siapapun yang terpilih, harapan kita mereka bekerja dengan baik. Memberi contoh yang baik. Memberikan hukuman kepada  yang bersalah, dan tetap menjaga yang bersih agar tetap bersih.
Berkaca dari berbagai pemilihan yang dilakukan oleh DPR, tak salah rasanya bila kita berharap agar DPR bekerja dengan sungguh-sungguh. Sebab, hal ini menyangkut kemandirian, dan harga diri bangsa. Sudah sangat malu rasanya kita sebagai rakyat karena olah para pemimpin yang melakukan korupsi. Terlbih lagi dengan adanya predikat sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Duh…… dimana muka kita ini kita taruh.
Busyro atau Bambang, tak masalah. Yang terpenting adalah kinerja mereka untuk memberantas penyakit negara yang sangat kronis ini dapat dilakukan dengan sebaik mungkin dan secepatnya. Wallau ‘alam.

Puasa itu Penjara

Tidak terasa kita sudah memasuki pertengahan puasa. Berbagai hal telah kita alami saat menjalankan ibadah puasa. Ada yang menyenangkan dan ada pula yang menyedihkan. Semua itu merupakan cobaan yang harus kita hadapi dan selesaikan agar puasa kita menjadi sempurna. Menjalankan puasa memang tidak mudah. Diperlukan kekuatan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT agar ibadah puasa kita membawa berkah bagi kehidupan kita ini.
Puasa itu penjara bagi ornag-orang yang beriman. Mereka digiring oleh Allah SWT untuk masuk ke dalam bulan yang penuh rahmat. Bulan yang membawa berkah sekaligus penjara bagi manusia yang menunaikannya. Menjalankan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari sekilas memang sulit. Tapi bagi orang yang beriman hal itu sangat mudah. Namun demikian, yang harus diperhatikan adalah apa yang kita lakukan sejak terbit fajar itu sampai terbenamnya matahari.
Saat itu, merupakan saat-saat dimana orang-orang yang beriman masuk ke dalam penjara. Mereka tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar tetapi juga menahan segala laku perbuatan yang sia-sia, apalgi perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Puasa telah menjadi jeruji penjara dari melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Hidup dalam penjara sungguh menyiksa bagi orang-orang yang tak beriman. Tetapi bagi mereka yang beriman, hidup dalam penjara bagaikan hidup di surga. Keterbaatasan wadah bagi mereka untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya. Sebaliknya, bagi orang-orang yang tak beriman, penjara merupakan tempat penyiksaan, dan mereka selalu menggerutu kepada tuhannya.
Manusia diberi kebebasan oleh Allah SWT untuk memilih diantara keduanya. Ada manusia yang dengan ijin Allah SWT dengan tulus menjalankan ibadah puasa. Ada pula yang hanya sekedar menggugurkan kewajiban semata. Bagi mereka, puasa hanya membatasi mereka untuk melakukan pekerjaan yang sudah biasa mereka lakukan. Menipu, korupsi, berbohong, mencela, menghina, membiarkan orang miskin dan anak yatim, dan berbagai perbuatan tidak baik lainnya. Kebiasan buruk yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar telah menjadikan manusia turun derajatnya menjadi sama dengan binatang. Puasa berusaha untuk mengembalikan derajat tersebut agar manusia menjadi mulia karenanya.
Kita tidak bisa menyatakan diri kita lebih baik dari binatang apabila tingkah laku dan perbuatan kita sama dengan binatang, bahkan ada yang lebih rendah lagi. Kita tentu bukan termasuk orang-orang yang beriman kalau puasa kita tidak bisa membentuk pribadi yang lebih sempurna lagi. Penjara puasa merupakan wadah untuk kita meninggalkan perbuatan buruk, dan sekaligus tempat untuk mengunci diri dalam melakukan perbuatan baik. Artinya, bulan puasa ini kita kunci diri kita agar hanya melakukan perbuatan baik saja. Cukup sudah selama 11 bulan yang lalu kita terlena dengan perbuatan jahat dan sejenisnya. Mulai bulan ini kita harus membulatkan tekad untuk hijrah dari semua perbuatan buruk itu ke perbuatan yang lebih baik, yang memberi manfaat bagi diri dan lingkungan kita.
Lima belas hari sudah kita lewati puasa. Mari kita merenungkan kembali perbuatan apa yang telah kita lakukan. Adakah diantara perbuatan tersebut, terselip perbuatan yang menurut ajaran agama kita sebagai kesalahan. Atau kuantitas dan kualitas perbuatan yang bernilai ibadah tersebut masih jauh dari yang diharuskan. Semua itu tergantung kepada kita. Hidayah Allah SWT harus dicari. Bila kita belum menemukannya yakinlah bahwa Allah SWT suatu saat akan memberikannya, yang penitng kita tetap berusaha. Kerugian besar bagi kita bila bulan puasa ini tak ada beda dengan bulan-bulan yang lainnya.
Semoag penjara puasa yang sedang kita masuki ini dapat membentuk diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Semoag dengan puasa ini pula Allah SWT mengabulkan segal do’a dan permohonan kita. Amin.

Minggu, 22 Agustus 2010

MERDEKA. AKANKAH 2050 INDONESIA MASIH ADA ?

Bangsa Indonesia sedang berjuang untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan ekonomi. Saat ini, masih banyak rakyat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan. Tidak hanya di kota-kota besar, bahkan di pelosok-pelosok negeri tersebar orang miskin. Belum lagi dengan permasalahan sosial budaya yang sampai saat ini masih terjadi. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 130 juta jiwa, bukan persoalan mudah untuk membangung bangsa ini.
Banyak sudah orang yang berusaha untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan bangsa kita. Mulai dari mereka yang ahli-ahlian atau yang benar-benar ahli. Mereka seperti berlomba memberikan solusi untuk kemajuan dan perkembangan bangsa kita ini. Namun sampai saat ini, kemajuan dan perkembangan tersebut belum juga terwujud. Entah apa yang terjadi dengan bangsa kita ini.
Beberapa persoalan yang menjadi penyebab lambatnya kemajuan dan perkembangan tersebut adalah jumlah penduduk yang demikian besar. Luasnya wilayah, serta penggunaan sumberdaya alam yang belum maksimal. Daerah-daerah yang kaya akan sumberdaya alam dengan jumlah penduduk yang sedikit, secara tidak langsung ikut membiayai daerah yang miskin sumberdaya alam tetapi dengan jumlah penduduk yang besar. Sementara, tingkat kesejahteraan penduduk yang sedikit tersebut berbeda dengan daerah yang penduduknya banyak. Hal ini tentu menimbulkan permasalahan sosial, yang ujung-ujungnya timbulnya keinginan untuk memisahkan diri karena tak diperhatikan.
Para tokoh kita ada yang berusaha untuk memberikan solusi dengan membentuk negara federasi. Tetapi, ide tersebut mendapat tantangan dari banyak pihak. Para penentang tersebut tidak setuju karena hal tersebut bertentangan dengan Pancasila. NKRI merupakan kemutlakan yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Padahal, bila dipikir secara matang, federasi merupakan salah satu cara untuk menyederhanakan permasalahan sehingga lebih mudah untuk diatasi. Serta, untuk alasan kemanusia agar lebih mudah dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Persatuan yang semu tentu tidak akan membawa kebaikan bagi manusia. Sesuatu yang dipaksakan tentu berakibat kurang baik bagi kemajuan sebuah bangsa. GPM dan GAM merupakan contoh gerakan yang berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan persatuan tersebut. Walaupun GAM sudah mulai runtuh, tetapi nafasnya pasti masih ada. Dan kita, rela mengorbankan nyawa manusia hanya demi persatuan semata. Lepasnya Timor-Timor merupakan upaya bagi rakyatnya dalam merubah nasib agar lebih sejahtera. Tidak mudah memang tetapi hal itu tentu lebih baik bagi mereka.
Melihat kenyataan yang ada di depan kita selama ini, bahwa kemajuan dan kesejahteraan yang kita idam-idamkan ternyata belum muncul juga. Suatu saat pasti akan timbul kejenuhan bagi daerah-daerah yang ada di Indonesia. Tidak mustahil suatu saat akan timbul gerakan yang lebih besar, yang berusaha memisahkan diri dari NKRI dengan tujuan menyejahterakan rakyatnya. Akankah bangsa Indonesia sadar bahwa potensi gerakan tersebut selalu ada.
Pemeritah sebagai ujung tombak kemajuan bangsa tentu harus bekerja keras agar rakyatnya hidup sejahtera. Sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang demikian melimpah harus mampu dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Sampai saat ini kita tahu bahwa pemerintah bekerja keras, tapi hasil kerja keras tersebut tak memberikan manfaat yang besar dan segera bagi rakyat. Padahal, kedua hal tersebut sangat dibutuhkan. Persoalan ekonomi yang menyangkut hajat hidup rakyat belum tersentuh dengan baik. Permasalahan sosial budaya yang menjadi jati diri bangsa sudha mulai terkoyak. Korupsi, kolusi, dan nepotisme meraja rela. Belum lagi persoalan kemandirian bangsa yang yang goyah, yang menyebabkan bangsa kita seperti disetir oleh negara lain. Hal ini tentu merupakan persoalan serius bagi kita.
Saya takut, jangan-jangan hal tersebut menjadi alasan bagi daerah-daerah untuk memisahkan dirinya dari NKRI. Sementara itu, masa yang akan datang tidak bisa kita prediksi. Peraturan perundangan kita setiap saat selalu berubah. Belum semprna sebuah aturan dilaksanakan sudah diganti dengan aturan yang baru. Hal ini tentu membawa kekacauan sosial yang suatu saat akan meledak.
Kita tidak bisa lagi mengandalkan Pancasila dan NKRI sebagai satu-satunya asas dan wadah kita berkumpul, sementara rakyat yang hidup didalamnya dalam keadaan menderita secara ekonomi, sosial, dan budaya. Persoalan kesejahteraan yang tidak terurus dengan baik akan menjadi bom waktu yang suatu saat akan meledak dan menimbulkan mala petaka bagi bangsa kita.
Kemerdekaan yang kita rayakan hari ini merupakan penjara bagi sebagian rakyat kita. Pada satu sisi kita gembira dengan kemerdekaan, sementara disisi lain rakyat kita merana karena kemerdekaan tak memberikan apa-apa bgai perbaikan kehidupan mereka. Akankah semua ini selalu terulang setiap kali kita merayakan kemerdekaan.
Kewaspadaan nasional harus selalu ditingkatkan, karena tidak mustahil tahun 2050 nanti negara kita akan pecah berkeping-keping. Masing-masing mendirikan negaranya. Banyak contoh sudah negara besar yang hancur berkeping-keping setelah sekian lama bersatu. Kita tentu tidak ingin hal ini terjadi.
Kita menginginkan NKRI utuh selamanya. Untuk itu diperlukan kerjasama semua pihak agar hal tersebut dapat terwujud. Menjadi Indonesia harusnya menjadi bangsa yang sejahtera, maju dan berkembang, serta menjadi bangsa yang beradab. Menjadi Indonesai adalah menjadi bangsa yang besar. Besar bukan hanya wilayahnya saja, tetapi besar karena kejahteraan rakyat, besar karena ketinggian budayanya. Wallahu ‘alam

Rabu, 18 Agustus 2010

Kita, Manusia Dengan Budaya Rendah

Mencermati tulisan di kompas yang berjudul “Benarkah Kita Bangsa Yang Berbudi Tinggi” menyiratkan beragam pertanyaan dibenak saya. Selama ini memang kita selalu berpikir bahwa bangsa kita merupakan salah satu bangsa yang berbudi tinggi di dunia ini. Entah siapa yang memulai, sejak dulu paradigma tersebut ada dalam pikiran rakyat Indonesia. Dalam tulisan tersebut, kompas menyebutkan beberapa prilaku kita yang tidak mencerminkan sebagai manusia yang berbudaya tinggi.
Tinggi rendahnya budaya harus ditentukan dengan ukuran yang jelas dan pasti, serta disepekati oleh semua pihak. Muncul pertanyaan dalam benak saya sudahkah kita menyepakati ukuran tentang budaya tinggi. Atau apakah kita sudah memberikan definisi yang sama tentang budaya yang tinggi. Karena kita manusia Indonesia yang sangat beragam, tentu masalah budaya tidak bias disamaratakan 100%. Mungkin saja pada salah satu suku, budaya itu tinggi, tapi di suku yang lain memang sebagai budaya yang rendah.

Hal ini tentu membuka peluang tentang penafisran budaya tinggi. Disamping itu, dengan adanya keragaman ini membuat segala sesuatu yang dianggap budaya menjadi beragam juga. Masalah ini tentu menjadi rumit karena semua orang memiliki pandangan yang berbeda tentang budaya. Kebiasaan di jalan. Perlakuan terhadap orang lain. Adat istiadat tentu sangat berbeda. Sifat dan sikap brutal dan banal tentu bukan perangai yang baik. Tetapi sikap dan sifat tersebut suatu saat akan muncul, dan itu pasti ada penyebabnya. Yang sangat sulit adalah mencari penyebabnya. Apabila kita sudah menemukan penyebabnya tentu akan lebih mudah untuk mengatasinya.
Perubahan kebudayaan dari yang tinggi ke yang rendah seperti yang disiynalir oleh kompas tentu ada asal muasalnya, ada yang memulai, serta ada kesempatan untuk terjadi hal tersebut. Perubahan tersebut bias dikaitkan dengan perubahan sosial politik dinegara kita ini. Setiap jaman pasti ada tokohnya. Para tokoh ini yang akan membentuk budaya di suatu tempat. Mereka menjadi aktor yang memainkan peran, serta mempengaruhi kehidupan umat manusia. Melalui merekalah budaya itu berubah menjadi tinggi atau rendah.
Kita memiliki tokoh masyarakat. Mereka itu ada yang berkaliber internasional, nasional, maupun lokal. Dengan ketokohannya mereka mempengaruhi masyarakat disekitarnya. Perkembangan ini suatu saat menjadi kebiasaan yang mendarah daging yang sering kita sebut sebagai budaya. Jadi, perubahan budaya dari yang tinggi ke yang rendah tentu karena pengaruh para tokoh tersebut. Mereka tentu tak bias lepas tangan untuk hal tersebut. Sebut saja perilaku korup yang diperlihatkan oleh oknum pejabat pemerintah kita. Perilaku tersebut tentu ada yang memulia, serta diteruskan dan menjadi budaya bangsa. Perkara benar atau salah tentu tak menjadi masalah buat mereka.
Saya tak hendak menyalahkan para tokoh tersebut. Saya hanya ingin menyatakan bahwa perubahan budaya kita yang semakin mundur karena ada andil mereka, serta kita sebagai generasi penerusnya.
Tugas kita adalah menghentikan adat kebiasaan yang rendah itu, serta merubahnya menjadi lebih tinggi lagi. Diperlukan consensus bersama untuk memperbaikinya. Sebab, hal ini merupakan masalah nasional. Tetapi lebih arif lagi bila hal tersebut dimulai dari diri sendiri. Perubahan yang kecil tetapi dilakukan secara terus menerus akan lebih baik dari pada dilakukan secara besar yang akan membawa keguncangan bagi bangsa dan Negara kita. “Maukah anda memperbaiki budaya kita ?”

Selasa, 17 Agustus 2010

KEMERDEKAAN MACAM APA ?

Hari ini kita kembali memperingati kemerdekaan negara kita. Peringatan kali ini merupakan peringatan yang ke-65 kali. Artinya sudah 65 kali kita sudah melakukan kegiatan yang sama. Seluruh penjuru tanah air melakukan upacara bendera sebagai tanda peringatan kemerdekaan tersebut. Berbagai kejadian dan kegiatan dilakukan untuk memeriahkan HUT tersebut. Semarak HUT kemerdekaan terasa seantero negeri, mulai dari lomba makan kerupuk sampai kegiatan mendaki gunung mewarnai perayaan kali ini.

Perlu diingat kembali, bahwa kemerdekaan yang kita rayakan saat ini adalah kemerdekaan dari penjajahan. Karena itulah, dalam tek proklamasi kita tertuang kalimat “hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Kalimat ini menyiratkan bahwa kemerdekaan kita hanya kemerdekaan dari penguasaan bangsa lain. Selanjutnya, tentu tugas kita untuk mempertahankannya. Portugis, Belanda, dan Jepang merupakan bangsa-bangsa yang telah menjajah bangsa kita. Ada yang berkuasa berabad-abad, ada pula yang hanya beberapa tahun. Semua penjajahan tersebut membekaskan duka yang mendalam di setiap relung hati seluruh rakyat Indonesia. Penjajahan terbukti membawa kesengsaran bagi kita semua. Namun disisi lain, penjajahan telah mampu membangkitkan semangat perjuangan serta semangat persatuan bagi kita semua.
Sampai saat ini masih banyak orang Indonesia yang mempertanyakan kemerdekaan yang telah kita terima. Pertanyaan tersebut mulai yang sederhana sampai ke pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang sangat dalam untuk menjawabnya. “Kemerdekaan macam apakah yang kita rasakan sekarang ini ?” merupakan salah satu pertanyaan yang selalu terlontar dari mulut kita.

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus tahu apa itu kemerdekaan, untuk apa kemerdekaan, tujuannya apa, serta apa yang harus dilakukan dengan kemerdekaan. Kemerdekaan merupakan hak semua orang. Namun kemerdekaan tersebut bukan berarti kebebasan tanpa batas. Bukan pula kesempurnaan dalam segala hal. Pada setiap kemerdekaan pasti disertai dengan bermacam masalah. Merdeka bukanlah bebas dari segala halangan, rintangan, tantangan, dan hambatan. Justru kemerdekaan itu akan membentangkan tantangan, rintangan, halangan, dan hambatan. Namun, pada kemerdekaan juga menyertakan harapan, kebaikan, kesuksesan, kesenangan, dan sebagainya, dengan syarat kita harus mampu mensyukuri kemerdekaan tersebut.
Bagi kita yang masih bertanya tentang hakekat kemerdekaan, maka kita perlu untuk memperlajari kembali naskah proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Apabila hal itu sudah dilakukan pasti akan timbul kesadaran dalam diri kita bahwa begitu banyak hal yang harus diperjuangkan untuk memerdekakan bangsa kita dari berbagai hal. Sekarang ini kita sering terjebak bahwa kemerdekaan yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 itu merupakan kemerdekaan selurunya. Padahal, bukan begitu hakekatnya.
Merdeka dari penjajahan adalah kemerdekaan untuk mengurus diri sendiri. Selanjutnya adalah memerdekakan bangsa kita sendiri dari keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan dan lain sebagainya. Memerdekakan diri sendiri tentu lebih sulit dibandingkan memerdekakan bangsa dari penjajahan. Buktinya, sampai saat ini masih banyak rakyat kita yang terbelakang, miskin, bodoh, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan tantangan yang harus diselesaikan oleh kita semua.

Tantangan, halangan, rintangan dan sejenisnya merupakan bentuk penjajahan yang harus dihapuskan dari Negara kita. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan perjuangan yang tak kenal kata berhenti. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk hal tersebut adalah persatuan. Mustahil kita bias sejahtera bila kita masih belum bersatu. Kemerdekaan ekonomi, social, budaya dan lain-lain merupakan langkah selanjutnya yang harus diperjuangkan. Sudah bukan saatnya lagi kita mempertanyakan apa itu kemerdekaan, apalagi bila hal itu dipertanyakan oleh para cerdik pandai. Saat ini adalah saat bagi kita untuk mengatur langkah untuk menwujudkan kemerdekaan yang hakiki, yaitu kemerdekaan ekonomi, social, dan budaya.
Maka, jawaban atas pertanyaan “Kemerdekaan macam apa yang kita alami sekarang ini ?“ adalah kemerdekaan dari penjajahan Untuk kemerdekaan yang lainnya seperti kemerdekaan ekonomi, sosial budaya dan sebagainya tentu menjadi perjuangan kita untuk mendapatkannya.

Selasa, 03 Agustus 2010

Mau Jadi Orang Pintar ?

Adakah manusia yang ingin jadi orang bodoh ? Tentu tidak kan. Bodoh, alias tidak pintar merupakan keterbelakangan. Hal ini mencerminkan kekurangan manusia. Umumnya hal ini menyangkut kemampuan otak manusia. Apakah betul ada manusia bodoh seperti lagunya Ada Band ? Bodoh lawannya pintar atau cerdas. Siapakah yang disebut manusia cerdas ? apakah mereka yang memiliki gelar sarjana berderet-derat, ataukah manusia yang memanfaatkan semua potensinya untuk kebaikan diri dan lingkungannya, atau apa ?

Semua orang tentu tak ingin  di cap sebagai orang bodoh. Kita semua tentu akan senang sekali bila disebut sebagai manusia cerdas. Sebab, kecerdasan menandakan bahwa kita sebagai manusia masuk ke tingkat manusia yang berbeda dengan manusia bodoh. Perbedaan tersebut dapat berupa kemampuan berpikir, moral yang baik, sopan santun, giat beramal, dan sebagainya. Tapi, yang lebih dari semua itu adalah kemampuan kita untuk memisahkan sesuatu yang baik dengan yang buruk terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan umat manusia.
Manusi yang cerdas adalah manusia yang mampu memisahkan sesuatu yang buruk, merusak, berlawanan dengan akal sehat, melanggar norma, baik sosial maupun agama, serta tidak melakukan perbuatan buruk tersebut walaupun secara materi menguntungkan.
Untuk mendapatkan kecerdasan, diperlukan berbagai hal. Hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.       Butuh Rencana
Banyak ahli menyatakan bahwa perencanaan kegiatan yang baik merupakan setengah dari kesuksesan. Artinya, bila kita ingin sukses maka kita harus membuat perencanaan sebaik-baiknya. Perencanaan disini tidak hanya sebatas rencana saja tetapi disertai dengan tekad dan kemauan untuk merealisasikan rencana tersebut.
Demikian pula bila kita ingin menjadi orang pintar. Kita harus membuat rencana untuk mencapai kepintaran atau kecerdasan tersebut. Belajar merupakan kunci utama. Hal itu harus diiringi dengan do’a. Orang-orang pintar atau cerdas memiliki kebiasaan belajar yang berbeda dengan orang kebanyakan. Sebab, kepintaran atau kecerdasan tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan. Itulah sebabnya, bahwa manusia secara lahiriahnya semua dalam keadaan cerdas. Usahalah yang pada akhirnya menentukan tetap atau hilangnya kecerdasan itu.
Membuat rencana memang gampang, tapi untuk melaksanakannya tidak mudah. Diperlukan komitmen yang kuat agar semua rencana itu dapat terlaksana dengan baik. Kita ingin menjadi penulis tetapi tak pernah menulis akan mustahil menjadi penulis. Menulis pun tidak bisa sembarang tulis. Menulis membutuhkan ilmu. Ilmu membutuhkan usaha untuk mendapatkannya. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Karena itu perlu dibuat perencanaan tentang membaca, seperti kapan, berapa lama waktunya, buku apa yang menjadi prioritas untuk dibaca. Selanjutnya, kita perlu menuangkan hasil pembacaan tersebut dalam bentuk tulisan. Kapan menulis, berapa lama waktunya, serta apa yang menjadi prioritas tulisan harus dibuatkan perencanaan yang baik.
Ssegala rencana yang telah dibuat harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Serahkan semua hasilnya kepada Allah SWT. Untuk itu, diperlukan do’a untuk mengiringi usaha tersebut. Do’a merupakan pasangan rencana agar semuanya memberikan hasil yang maksimal buat kebaikan kita dan manusia seluruhnya.
2.       Perlu Kerja Keras
Setelah kita menyusun rencana, selanjutnya adalah kerja keras untuk mewujudkan semua rencana tersebut. Setiap usaha pasti disertai dengan halangan, rintangan, tantangan, hambatan dan sebagainya. Semua itu bias datang dari luar ataupun dari dalam diri kita sendiri. Tantangan, hambatan, rintangan dan sebagainya yang datang dari dalam diri kita sendiri akan lebih sulit mengatasinya dibandingkan dengan yang datang dari luar diri kita.
Faktor luar yang sering menjadi alas an kita adalah sempitnya waktu, terbatasnya sumber atau bahan yang kita miliki, dan sebagainya. Semua itu tentu lebih mudah untuk diatasi dengan berbagai cara, seperti belajar menggunakan waktu luang, mencari sumber atau bahan yang lebih murah dan praktis, dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang datang dari dalam diri kita adalah kemalasan. Untuk mengatasinya diperlukan kerja keras. Malas umumnya disebabkan karena kita belum menemukan sesuatu yang menarik, bermanfaat, luar biasa, atau sesuatu yang istimewa dari yang kita lakukan. Dalam mengusahakan kecerdasan, kita harus mencari dulu manfaatnya, hal-hal yang menarik tentang kecerdasan, atau hal-hal yang istimewa bila kita termasuk orang yang cerdas. Bila hal ini ditemukan, maka Insya Allah kemalasan akan lenyap dari diri kita.
Hal lain yang harus kita perhatikan adalah, jangan memvonis diri kita bodoh. Banyak orang yang belum berusaha dan belajar tetapi sudah menyatakan diriny bodoh. Hal ini tentu akan berpengaruh buruk bagi diri kita sendiri. Hal ini juga menyebabkan hilangnya motivasi untuk terus giat belajar. Banyak orang yang menyatakan dirinya tidak bias menulis, padahal ia belum pernah menuliskan satu hurufpun sebagai buah pikirannya. Banyak penulis kelas dunia yang menulis karena kebiasaan sehari-hari. Umumnya, para penulis itu mulai dari ketidakbisaan juga, tetapi karena keuletan, mereka akhirnya pandai menulis. Jadi, jangan vonis diri anda tak pandai. Sebab, hal itu akan membawa diri dan pikiran anda menjadi orang bodoh.
3.       Jangan Lupa bersyukur
Setelah semua rencanan dibuat, usahapun telah dijalankan, janganlah lupa bersyukur. Tercapai ataupun tidak segala rencana dan usaha yang telah dibuat, bersyukurlah. Kalau pada saat ini semuanya tidak tercapai bersyukurlah walaupun itu berat. Sebab, Allah SWT tentu memiliki rencana lain bagi kita. Terlbih bagi yang berhasil, bersyukur merupakan kewajiban. Karena, dengan bersyukur itu Allah SWT akan menambah nikmatnya.
Kalau pada akhir usaha, anda dinobatkan sebagai orang pintar atau cerdas, itu semua karena rencana, usaha, dan do’a yang telah dilakukan. Agar Allah SWT menambah manfaat dari ilmu yang kita miliki janganlah lupa untuk bersyukur.

Menjadi orang pintar atau menjadi orang bodoh itu adalh pilihan. Artinya tergantung kepada kita untuk memilihnya. Kecerdasan atau kebodohan akan memberikan pelajaran bagi kita. Pelajaran untuk membuat rencana, pelajaran untuk melaksanakannya, serta pelajaran untuk mensyukurinya. Allahu ‘alam.

Minggu, 01 Agustus 2010

Perpisahan

“Kalau sudah sampai SMS ya !”
“Iya. Kalau sudah sampai nanti aku kirim kabar” jawabnya sambil memainkan HP.
Kembali kami terdiam. Sedari tadi, tak banyak yang kami perbincangkankan. Masing-masing asyik dengan pikiran sendiri-sendiri. Anak-anak yang biasanya sudah ramai pada jam segini, hari ini tak terdengar suaranya. Lalu lalang kendaraan di jalan yang biasanya hiruk-pikuk juga tak ada. Semua sepi, semua diam. Mungkin mereka juga sedang berduka dengan perpisahan ini. Di luar, gerimis mulai turun satu persatu.
Hari ini merupakan hari terakhir Rini dan Yuni tinggal bersama kami. Sejak sebulan yang lalu, mereka berdua tinggal di rumah kami. Rini dan Yuni sedang melaksanakan praktek di rumah sakit. Mereka berdua ditugaskan di sini dalam rangka mempraktekkan ilmu keperawatan yang telah mereka peroleh selama ini. Mereka berdua adalah mahasiswa Akademi Keperawatan di Palangkaraya. Menurut Rini, kampus mereka mewajibkan praktek kerja kepada mahasiswanya yang akan berakhir masa kuliahnya. Lama praktek tersebut minimal satu bulan.
Rini dan Yuni adalah teman Wiwin adikku. Menurut Wiwin mereka kenal sejak sama-sama waktu sekolah di SMA. Rini dan Yuni rupanya melanjutkan ke Akper, sedangkan Wiwin sampai SMA saja, karena tak ada biaya. Mereka berdua ditugaskan di RSUD Kasongan sebagai tempat prakteknya. Karena di Kasongan tak ada keluarga, mereka berdua berusaha untuk mencari Wiwin. Akhirnya, sampailah mereka di rumah ini.
“Terima kasih telah bersedia tinggal dengan kami. Mungkin selama ini kami tak bias membantuk kalian secara baik, atau selama kalian berdua tinggal di sini ada hal-hal yang tak berkenan, kami bertiga mohon maaf. Maklum karena kami tinggal hanya bertiga, orang tua sudah tak ada, jadi serba terbatas.”  Aku berusaha untuk memecahkan kesunyian. Kulihat Rini tak memberikan reaksi apa-apa atas ucapanku. Aku tak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Tangannya yang sebelah masih memegang HP, sementara tangan kanannya memainkan ujung kain alas meja. Tampaknya ada hal sedang dipikirkannya. Sesekali dipandanginya aku yang duduk di sampingnya.
”Kami juga berterima kasih. Terutama aku” jawab Rini. ”Selama di sini aku merasa seperti tinggal dirumah sendiri. Aku merasa bukan berada ditengah orang asing, tetapi merasa hidup seperti dirumahku sendiri. Abang, Wiwin, juga Affan sama seperti abang, sudara dan adikku sendiri. Abang bertiga telah menjadikan aku seperti keluarga abang sendiri” kata Rini sambil memandang ke arahku. Tatapan matanya tajam, tepat menusuk ke jantungku rasanya. Aku hampir-hampir tak sanggup beradu pandang dengannya. Di ujung bening matanya mulai terlihat basah. Tak lama, satu demi satu tetes air mulai mengalir di pipinya. Matanya berkaca-kaca. Masih dipandangnya aku dengan muka yang mulai menampakkan kesedihan.
“Terima kasih “ ucapnya lirih. Kembali Rini menunduk menahan tangis, tangannya masih memegang HP. Entah apa yang sedang dipikirkannya. “Tak terasa waktu begitu cepat, baru kemaren rasanya aku sampai disini, tiba-tiba hari ini aku harus kembali ke Palangkaraya, padahal aku masih ingin tinggal disini. Aku mulai betah bersama abang disini. Mudan-mudahan Abang bertiga tak akan melupakan aku” kata Rini dengan terbata-bata.
Suasana terasa sepi. Wiwin sudah berangkat kerja sejak pagi tadi. Sementara Affan masih disekolah. Kebetulan Yuni sudah berangkat kemaren, dijemput oleh keluarganya. Persis kami berdua di rumah.
Ku pegang bahunya, dan ku putar badannya agar ia menghadap kearahku. Pelan-pelan ku usap air matanya yang mulai mengalir deras dipipinya. Ku pandangi wajahnya, dan ia pun memandang kearahku. Air mata itu masih mengalir dipipinya yang putih, dan semakin lama semakin banyak. Akhirnya, meledak juga tangisnya. Setelah lama berusaha menahan tangis, Rini tak kuasa juga. Badannya berguncang, mulutnya terkatup agar tak mengeluarkan suara tangisan. Akupun tak kuasa. Aku merasa mulai ada air yang mengalir di kedua belah pipiku. Aku ikut terharu dan menangis.
Ku peluk Rini. Kudekap tubuhnya, ku belai rambutnya yang hitam dan panjang dan ku usap bahunya untuk memberikan kehangatan. Kami berdua sama-sama menangis. Angin berhembus melewati kaca jendela, membelai tubuh kami yang tengah larut dalam kesedihan. Dikejauhan terdengar musik yang bernada sentimentil. Suasana begitu hening, yang terdengar hanya isak tangis.
”Sekarang sudah jam sembilan, kalau terlalu siang nanti kepanasan” ucapku memecah kesunyian kami berdua. Kulepas dekapanku, sementara Rini masih terlihat sesugukkan menahan sisa tangisnya. Ia menunduk dan tangannya sesekali mengusap air mata yang masih mengalir.
Ku raih kembali bahunya, dan ku kecup keningnya. . ”Aku sayang kamu” bisikku di telinganya Rini nampak terkejut, tak menyangka aku melakukan itu. Tapi ia diam saja. Ku ambil sapu tangan dan kuserahkan kepadanya. Diusapnya kembali dengan sapu tanganku sisa air mata yang mengalir dipipinya. Matanya merah oleh tangisan. Sejak pertama aku memang terpesona dengan Rini. Wajahnya cantik, tutur katanya lembut, dan yang membuat aku lebih tertarik adalah perhatiannya yang tulus. Rini memiliki pandangan yang luas. Setiap kali ngobrol dengannya, aku merasa selalu mendapatkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang selama ini selalu aku impikan. Pokoknya Rini adalah tipe gadis impianku. Selain memiliki kecantikan fisik, Rini juga memiliki kecantikan hati yang memikat.
”Sudah-sudah, jangan menangis lagi. Kalau kamu terus menangis, kami jadi bersedih. Kamu tak inginkan melihat kami yang ditinggalkan bersedih ?” tanyaku. Rini hanya mengangguk
Kami berdua sama-sama bangkit dari kursi. Kuambil helm yang masih tergeletak di lantai, kuserahkan untuknya.
”Aku pamit ya bang. Tolong sampaikan permohonan maafku untuk Wiwin dan Affan. Dan kalau sudah sampai di Palangkaraya nanti aku kabarkan”
”Iya, nanti aku sampaikan. Hati-hati ya. Kalau capek istirahat, jangan dipaksakan. Oh ya, kamu berangkat nggak sendiriankan ?” Tiba-tiba ada terbersit rasa khawatir dalam hatiku, jangan-jangan Rini pulang naik kendaraan sendirian. Waktu datang kemaren ia bersama Yuni. Tapi hari ini ia sendirian.
”Aku berangkat dengan kawan-kawan, mereka menunggu di jembatan ?” jawab Rini.
Lega rasanya mendengar penjelasan Rini. Perjalanan ke Palangkaraya memang tak lama. Satu setengah jam paling lama, sudah sampai di sana, tetapi di jalan siapa tahu ada apa-apa. Apalagi sendirian, cewek lagi. ”Ah... mudah-mudahan tak terjadi apa-apa.” pikirku dalam hati.
Tiba-tiba Rini berpaling dan memandang ke arahku. Didekatinya aku. “Aku juga sayang dengan Abang” di peluknya tubuhku. Aku agak sedikit tergagap dengan pelukannya. Sejenak aku tak tahu harus berbuat apa. Aku benar-benar tak menyangka akan hal itu. Rupanya Rini memiliki perasaan yang sama denganku. Selama ini kami memendam perasaan suka dan sayang dalam hati saja. Dan hari ini, semua terungkap dengan jelas. Matanya kembali dipenuhi air mata. Rini kembali menangis.
“Benarkah itu Rin ?”
“Iya Bang. Sejak semula aku merasa cocok dengan abang. Aku merasa sepertinya aku telah menemukan sesuatu yang ku impikan selama ini. Semula aku ragu. Tapi, setelah tahu abang juga sayang denganku, aku jadi bahagia. Semula aku menangis karena sedih, tetapi sekarang aku menangis karena aku bahagia” Kembali ku hapus air matanya. Rini membiarkan tanganku menyentuh dan menghapus air matanya. Kali ini aku menghapusnya dengan lebih sayang lagi.
“Berangkatlah. Teman-temanmu sudah menunggu. Aku di sini selalu menanti kehadiran mu. Berhentilah menangis, tataplah matahari, tersenyumlah dan akhiri hari ini dengan kemenangan. Kemenangan untuk cinta dan kasih kita. Percayalah bahwa Allah pasti akan mempertemukan kita dalam keadaan yang lebih baik. Allah akan menyatukan cinta kita, karena Ia telah menganugrahkan cinta itu dalam hati kita. percayalah”
Rini mengangguk. Kuiringi langkahnya menuju motor yang sudah di parkir dipinggir jalan. Ku jinjing tas pakainya. Sementara Rini hanya terdiam dan tertunduk berjalan disampingku.
”Aku berangkat,” disalaminya tanganku
”Iya. Semoga selamat ya.” Aku menyambut tangannya
”Amin.” Jawabnya singkat.
Distarternya suzuki satria merah itu. Suaranya terdengar pilu. Mungkin karena aku lagi bersedih karena di tinggal pergi, sehingga suara motorpun seakan mengikuti perasaanku. Tak berapa lama, motor itupun perlahan-lahan mulai merangkak meninggalkanku. Rini menoleh kearahku dan tersenyum. Aku masih berdiri terpaku dipinggir jalan. Sekejap mata, motor itupun menghilang di ujung gang, pergi bersama kasih, meninggalkan kenangan indah bersama Rini.