Senin, 20 September 2010

Mereka Menyuruhku Meniru


Menulis merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang apabila kita menulis secara asal-asalan. Sulit ketika kita ingin menghasilkan tulisan yang bagus dan enak dibaca. Jangankan menghasilkan tulisan yang baus, memulai menulis saja terkadang sulitnya minta ampun. Harus mulai dari mana, menggunakan kata atau kalimat yang bagaimana, serta berbagai macam pikiran yang berkecamuk tentang jalan ceritanya nanti. Namun, ada sebagian orang yang sangat mudah dalam mengeluarkan pikirannya. Ada yang secepat kilat menghasilkan satu lembar tulisan, ada pula yang lambat, tetapi masih menghasilkan tulisan. Namun, sangat banyak orang yang sudah dua jam duduk didepan kumputer, tapi tak menghasilkan satu kata atau kalimatpun. Mereka seperti mengalami kematian pikiran untuk menhasilkan kalimat yang diinginkan.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, beberapa penulis menganjurkan untuk melakukan peniruan atau istilah kerennya plagiat dari tulisan para penulis yang lain. Dengan peniruan tersebut, kita akan mampau menghasilkan tulisan yang kita inginkan.
A.S. Laksana dalam bukunya Creative Writing menyarankan kita untuk menggunakan beberapa kalimat dari penulis lain agar mampu menulis. Demikian pula dengan M. Thobroni dalam bukunya Jadi Penulis Beken juga menyarankan untuk melakukan peniruan bila kita kesulitan dengan kalimat atau kata pembuka untuk sebuah tulisan. Lain lagi dengan Hernomo penulis buku Jejak Makna menyatakan bahwa kita harus melakukan peniruan bila kesulitan dalam memulai sebuah tulisan. Tujuannya sama, yaitu agar kita mampu menghasilkan tulisan yang baik, setidaknya menurut kita.
Kalau demikian berarti kita boleh dong melakukan plagiat ? Tentu boleh, asalkan plagiat tersebut hanya beberapa kata saja. Seterusnya kita harus mengembangkan tulisan kita sendiri dengan kalimat kita. Plagiat tersebut hanya untuk mengatasi kesulitan kita dalam memulai  menulis. 

Lebih lanjut M. Thobroni memberikan kita menulis dengan jurus ATM. Apa pula itu ? ATM adalah Amati, Tiru, dan Modifikasi. Artinya, pertama kita harus mengamati atau memperlajari sebuah tulisan, setelah itu kita tiru tulisan itu, dan selanjutnya lakukan modifikasi. Ketiga hal ini memungkinkan kita untuk mampu menghasilkan tulisan yang kita inginkan.
Mengamati meliputi kegiatan membaca, menelaah, memperhatikan gaya penulisan, pemilihan kata, pengaturan tanda baca, dan sebagainya. Sedangkan tiru adalah kegiatan menyalin kembali apa yang kit abaca, lihat dan telaah dari sebuah karya. Selanjutnya modifikasi adalah kegiatan melakukan perombakan, editing, dan sebagainya sehingga karya atau tulisan tersebut sudah lebih berbeda dengan tulisan yang pertama. Melalui ketiga tahapan ini, kita bisa saja menulis dengn judul yang sama tapi dengan latar yang berbdea, jalan cerita yang tak sama, serta karakter tokoh yang lain. Ini akan memberikan nuansa cerita baru bagi kita.
Harus diperhatikan juga, jangan sampai keterusan meniru. Hal ini juga tidak baik, sepertinya kita selalu tergantung dengan orang lain. Usahakan untuk sellau belajar membuat kata atau kalimat pembuka sendiri. Hal ini penting untuk memudahkan kita dalam menyusun kalimat berikutnya. Bila sudah terbiasa, kita tak perlu lagi melakukan peniruan. Ternyata para penulis itu menyuruh kita meniru, tentu dengan peniruan yang kreativ.
Ternyata untuk menghasilkan sebuah tulisan, kita tidak bisa terlepas begitu saja dari tulisan lainnya. Semua memiliki ketergantungan. Karen itu, huruf atau kata berdiri sendiri, bukan milik seseorang. Jadi, bila suatu tulisan memiliki kesamaan kata atau kalimat, bukan berarti ia mencontoh tulisan sebelumnya. Apagi bila tulisan tersebut memiliki sedikit perbedaan dari tulisan sebelumnya. Peniruan yang salah adalah apabila dilakukan secara menyeluruh setiap kata, kalimat, tanda baca, dan sebagainya. Ketika suatu tulisan memiliki sedikit perbedaan maka belum bisa dikatakan peniruan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar