Rabu, 15 September 2010

Renungan Ulang Tahun

Hari ini tepatnya 15 September 2010 merupakan hari ulang tahun saya. Sudah berpuluh-puluh tahun saya hidup di dunia ini. Sampai saat ini, begitu banyak pengalaman hidup yang saya alami. Pengalaman itu, ada yang bernilai baik, dan ada pula yang buruk. Pengalaman tersebut telah memberikan warna bagi kehidupan saya. Kehidupan saya seperti pelangi yang menawarkan keindahan, sekaligus juga tanda bagi akan turun hujan.
Kemarau dan hujan kehidupan selalu silih berganti. Pada saat kemarau, bersiaplah untuk bertemu hujan. Demikian sebaliknya, bila sedang musim hujan, bersiaplah untuk menerima kemarau. Kehidupan yang selalu kemarau atau selalu hujan memang kurang indah. Namun demikian, air dan panas membawa implikasi masing-masing. Air memberikan kesejukan, sedangkan kemarau memberikan rasa panas yang tentu tidak mengenakkan kita. Ketika hujan harus disyukuri. Sebab, dengan hujan tersebut Allah SWT menurunkan rahmat-Nya. Begitu juga ketika kemarau, Allah SWT memberi pelajaran bahwa kehidupan harus dilalui walapun dengan suasana yang sangat tidak menyenangkan.
Optimis dan pesimis merupakan dua kondisi kejiwaan yang akan mempengaruhi kehidupan. Ketika kita optimis, dunia demikian indah dan bervariasi. Begitu juga ketika kita dilanda pesimis, maka dunia begitu berat, sangat melelahkan, gersang dan monoton. Kehidupan kita sesungguhnya adalah bagaimana kita menjaga optimis itu selalu hadir dalam kehidupan kita.
Kemarau dan hujan, pesimis dan optimis menjadi kunci bagaimana kita menjalani hidup. Terlepas dari berbagai hal lainnya, keempat hal tersebut tentu dialami oleh semua manusia. Berpuluh-puluh tahun keempat hal tersebut hadir silih berganti dalam kehidupan saya sampai hari ini. Namun demikian, belum ada kata puas akan kehidupan ini. Semua masih terasa kurang. Saya masih membutuhkan kesempurnaan yang lebih baik. Tapi anehnya, kesempurnaan yang saya cari itu, sampai saat ini belum dapat saya definiskan dengan baik. Kesempurnaan yang ada dalam angan-angan itu sangat jauh dari jangkauan saya.

Itukah yang dinamakan dengan godaan dunia ? Mungkin saja. Kehausan akan kehidupan yang lebih baik membuat saya selalu memelihara optimis. Padahal, kehidupan yang saya rasakan sekarang ini sudah cukup. Ada bayang-bayang kehidupan lain yang masih menggoda. Harta, tahta, dan mungkin juga wanita, saya akui masih menari-nari didepan saya. Ketiganya minta diraih demi kehidupan dunia.
Saya saat ini masih mempertanyakan diri saya, apakah saya masih pas disebut manusia. Sebab, menjadi manusia yang benar-benar manusia memang tidak mudah. Apakah yang saya lakukan selama ini sudah menunjukkan bahwa saya sudah manusia. Ada kekhawatiran saya, bahwa diri saya ini binatang dalam wujud manusia. Tubuh saya manusia, tapi akal dan pikiran saya masih didominasi oleh sifat-sifat binatang. Semoga Allah menjadikan manusia yang benar-benar manusia.
Antara saya dan kematian hanya dibatasi oleh tirai setebal satu lembar rambut yang dibelah tujuh. Namun demikian kehidupan saya seperti tak kenal mati. Dari pagi sampai malam dilalui dengan bekerja untuk memenuhi ambisi pribadi. Kematian yang begitu dekat belum mampu menyadarkan saya bahwa ibadah kepada Allah SWT adalah yang utama. Poros kehidupan saya hanya dunia semata. Padahal, kalau dipikir-pikir, kehidupan manusia berpusat kepada Allah SWT. Entahlah…… saya tak tahu kapan hal itu akan terjadi dalam hidup saya.
Mengingat kehidupan yang demikian itu, tak pantas rasanya saya mendapatkan ucapan selamat ulang tahun. Sebab, ucapan tersebut hanya diberikan kepada mereka yang sudah membaktikan hidupnya untuk menjadi manusia yang sempurna. Sementara saya …… semuanya masih kabur.
Ya Allah…. Janganlah Engkau jadikan aku hamba-Mu yang menjauhi-Mu
Ya Allah…. Anugrahilah aku kehidupan yang lebih baik.
Ya Allah….. jadikan aku manusia yang benar-benar manusia sehingga mampu menerjemahkan semua Firman-Mu dengan baik.
Ya Allah …… anugrahkanlah aku kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar