Sabtu, 28 Agustus 2010

Pemilihan "Tukang Sapu". Busyro atau Bambang ?

Panitia Seleksi Calon Ketua KPK sudah melaksanakan tugasnya. Panitia tersebut telah menghasilkan dua nama yang direkomendasikan kepada DPR RI untuk dipilih satu orang menjadi ketua KPK. Panitia telah menetap Busyro Muqaddas dan Bambang Widjayanto sebagai calon terpilih. Mereka berdua mengalahkan lima calon lainnya.
Selanjutnya, kita berharap kepada DPR agar melakukan seleksi secara baik. Beberapa contoh rekrumen pejabat negara yang kurang baik adalah ketika pemilihan Miranda Gultom sebagai deputi senior gubernur BI. Hal ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi anggota DPR. Miranda melenggang, anggota DPR masuk penjara.

Kedua orang yang terpilih tersebut memang sudah tidak diragukan lagi sepak terjang dan integritasnya. Tapi, sebagai manusia biasa, mereka berdua tentu memiliki kekurangan dan kelemahan maisng-masing. Untuk menutupi kelemahan dan kekurangan tersebut, tugas kitalah. Apabila terpilih, salah satu diantara mereka akan menjadi pejabat negara yang diharuskan untuk membersihkan negara kita dari praktek Korupsi. Selama ini, usaha tersebut sudah dilakukan, tetapi masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan oleh seluruh rakyat.
Orang yang terpilih nanti memiliki tugas yang mirip dengan tukang sapu. Tukang sapu, sangat kering dengan imbalan. Mereka bekerja sepanjang hari membersihkan berbagai alat, sarana, dan sebagainya agar menjadi bersih. Ketika membersihkan rumah, maka mereka harus hati-hati agar barang rumah yang dibersihkan tidak pecah berantakan. Namun demikian, tak ada barang yang luput dari tangan mereka untuk dibersihkan. Umumnya, tuan rumah akan marah besar bila rumah tidak dibersihkan dengan baik. Banyak sekali tuan rumah yang menyuruh tukang sapunya untuk membersihkan kembali rumah bila dirasa ada tempat atau barang yang belum dibersihkan dengan semestinya.
Caci-maki, umpatan, kata-kata kasar, sampai tendangan dan tamparan tidak jarang diberikan oleh tuan rumah bila tukang sapunya tak becus bekerja. Demikian pula dengan ketua KPK, kata-kata tersebut akan berhamburan dari mulut masyarakat bila mereka tak mampu membersihkan negara ini dengan baik. Diperlukan kekuatan mental, dan kekuatan fisik agar mereka mampu bertahan menjadi tukang sapu negara.
Diantara penghuni negara ini, tidak semuanya setuju dengan tukang sapu. Entah karena iri dan dengki, kepentingannya terancam, atau memang suka dengan yang kotor-kotor, maka fitnahan, ancaman, intrik, dan sebagainya pasti akan terjadi. Kasus Antasari Azhar merupakan contoh nyata. Kita tentu berharap jangan yang terpilih nanti mengalami nasib yang sama dengan Antasari.

Untuk mendapatkan pekerjaan yang bersihkan diperlukan peralatan berupa sapu yang bersih. Selain itu, anggota rumah juga harus menjaga kebiasaan hidup bersih. Hidup bersih inilah yang harus dibiasakan oleh tukang sapu. Bagi penghuni rumah yang biasa kotor harus diberikan tindakan agar kembali menjadi bersih. Demikian pula yang sudah biasa bersih agar tetap bersih, jangan sampai ikut-ikutan menjadi tidak bersih.
Siapapun yang terpilih, harapan kita mereka bekerja dengan baik. Memberi contoh yang baik. Memberikan hukuman kepada  yang bersalah, dan tetap menjaga yang bersih agar tetap bersih.
Berkaca dari berbagai pemilihan yang dilakukan oleh DPR, tak salah rasanya bila kita berharap agar DPR bekerja dengan sungguh-sungguh. Sebab, hal ini menyangkut kemandirian, dan harga diri bangsa. Sudah sangat malu rasanya kita sebagai rakyat karena olah para pemimpin yang melakukan korupsi. Terlbih lagi dengan adanya predikat sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Duh…… dimana muka kita ini kita taruh.
Busyro atau Bambang, tak masalah. Yang terpenting adalah kinerja mereka untuk memberantas penyakit negara yang sangat kronis ini dapat dilakukan dengan sebaik mungkin dan secepatnya. Wallau ‘alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar