Minggu, 29 Agustus 2010

Kaya, Berkuasa, Masyhur, dan Alim

Disadari atau tidak, semua manusia ingin kaya, berkuasa, masyhur, dan alim. Semua itu merupakan pertanda bahwa status sosial orang yang menyandangnya pasti tinggi. Untuk itu, manusia rela melakukan apa saja, termasuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Kerakusan, ketamakan, keserakahan, iri, dengki, merupakan pendamping setia bagi manusia yang terobsesi dengan hal tersebut. Sangat jarang orang yang mendapatkan keempat hal tersebut dengan wajar. Kalaupun ada, maka tokoh tersebut merupakan manusia pilihan yang sangat langka saat ini.

He ….he..he sayapun sangat ingin mendapatkannya. Sayang, sampai saat ini belum ada yang kecantol dengan saya. Kaya, tidak. Kuasa tak punya. Termasyhur, sangat jauh. Alim sepertinya masih dalam angan-angan.
Untuk mendapatkan kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman, memang tidak mudah. Diperlukan pengorbanan yang tidak kecil untuk mendapatkannya. Manusia, dengan potensi yang dimilikinya berusaha untuk mendapatkannya. Tak jarang, karena salah langkah, bukan kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman yang di dapat. Tak jarang pula, manusia menjadi lebih ganas, buas, kejam dan sejenisnya hanya karena kaya, kuasa, masyhur, dan alim. Karena keempat predikat itu, banyak manusia yang akhirnya justru memenjarakan dirinyan dalam kemiskinan, ketakberdayaan, penghinaan, dan kebodohan. Kalau demikian, tak bolehkah orang menjadi kaya, berkuasa, masyhur, dan alim. Tentu harus. Namun yang paling penting adalah bagaimana cara mendapatkan keempat hal tersebut dengan cara yang benar.
Hal inilah yang sangat sulit bagi saya. Saya sering mentertawakan diri saya dengan angan-angan menjadi orang kaya, ditambah dengan kekuasaan yang besar, sementara semua orang dari seluruh pelosok negeri mengenal saya, saya merupakan tempat bagi semua orang untuk berguru. Sayang, seribu sayang semua hanya angan belaka. Duh … nasib……nasib.
Kaya, merupakan hal pertama yang diusahakan oleh manusia. Sebab, berawal dari kekayaan orang akan mendapatkan kuasa, masyhur, dan alim. Syaratnya, manusia harus memanfaatkan kekayaannya dengan benar agar kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman yang didapatkan menjadi benar dan bermanfaat bagi sesamanya. Sumber kekayaan akan memberikan pengaruh bagi pencapaian kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman. Tak sedikit manusia yang justru terjerumus dalam kemiskinan, ketakberdayaan, kehinaan, dan kebodohan akibat dari kekayaan yang didapatkannya. Mata hatinya buta karena harta. Perilakunya amoral karena kerakusannya. Pikirannya sempit karena hartanya. Dan seterusnya.
Kekuasaan. Wuiihh…… siapa sih yang tak mau. Taku tak jua kamu, mau. Bagaimana tidak, dengan kekuasaan itu kita bisa melakukan apa saja. Bukti nyata, Soeharto, ketika berkuasa dapat melakukan apa saja untuk kekuasaannya. Walaupun karena kekuasaannya itu ia diberhentikan, tapi karena kuasalah seorang Soeharto kaya, termasyhur, dan terlihat alim. Banyak manusia yang mampu memanfaatkan kekuasaannya untuk kesejahteraan umat manusia. Muhammad Yunus memperoleh hadiah nobel perdamaian karena kekuasaannya untuk memberikan layanan keuangan kepada rakyat kecil di negaranya. Dengan perantaraan Gramen bank, Yunus memberdayakan rakyatnya agar menjadi lebih baik.
Termasyhur, terkenal merupakan dambaan semua orang. Dengan keterkenalan itu, kita menjadi lebih mudah. Mudah dalam berurusan, mudah mendapatkan penghasilan, mudah mendapatkan pelayanan, dan berbagai kemudahan yang lainnya. Lihat saja, mereka yang kita sebut sebagai selebriti, dimana-mana mereka disambut bagi raja, dielu-elukan, dilayani, dan sebagainya. Bandingkan dengan kita yang bukan siapa-siapa, dan bukan apa-apa ini. Untuk mengurus KTP saja susahnya minta ampun. Belum lagi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Jadi pengamen saja diburu, karena dianggap menggangu keamanan dan kenyamanan segelintir orang.
Menjadi orang alim atau orang pintar merupakan impian setiap orang. Tentu orang pintar yang dimaksud bukanya orang yang pintar seperti dukun yang kerjaannya hanya meramal saja. Orang pintar atau alim disini adalah orang yang memiliki ilmu dan ilmunya dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia. Bukan sebaliknya. Orang yang alim bukan juga orang yang tinggal dimenara gading yang tak terjangkau oleh kita semua.  Orang pintar adalah orang yang mampu menjadikan sesuatu yang rumit, njelimet, dan sejenisnyan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami.

Manusia macam ini memang sulit dicari. Banyak orang yang mengklaim dirinya alim atau pintar tetapi tindakan dan perbuatannya tidak mencerminkan kealiman dan kepintarannya. Yang dilakukannnya bertolak belakang dengan apa yang dikatakannya. Menjadi manusia alim adalah menjadi manusia yang selaras antara perkataan dan perbuatannya.
Itulah empat hal yang menjadi idaman setiap manusia, termasuk saya. Bagi saya kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, dan kealiman harus diupayakan. Bodoh rasanya kalau kita tidka memperdulikan keempat hal tersebut. Minimal salah satunya bisa saya dapatkan. Semoga Allah SWT memberikan salah satunya untuk saya sebagai bekal mengarungi kehidupan dunia yang fana ini. Wallau ‘alam bishawab

1 komentar:

  1. saya merasa ngga perlu kekuasaan, yang penting bisa kaya .... he... he..he... enyak yah jadi orang kaya .... apa aja bisa dibeli .... kekuasaan kan bisa di beli. mau jadi bupati,... kalau lebih kaya dari Gober Bebek .. gampang ... Rakyat sekarang kan gampang dibodohin, yang penting di kasih uang ... uang ...

    BalasHapus