Minggu, 22 Agustus 2010

MERDEKA. AKANKAH 2050 INDONESIA MASIH ADA ?

Bangsa Indonesia sedang berjuang untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan ekonomi. Saat ini, masih banyak rakyat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan. Tidak hanya di kota-kota besar, bahkan di pelosok-pelosok negeri tersebar orang miskin. Belum lagi dengan permasalahan sosial budaya yang sampai saat ini masih terjadi. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 130 juta jiwa, bukan persoalan mudah untuk membangung bangsa ini.
Banyak sudah orang yang berusaha untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan bangsa kita. Mulai dari mereka yang ahli-ahlian atau yang benar-benar ahli. Mereka seperti berlomba memberikan solusi untuk kemajuan dan perkembangan bangsa kita ini. Namun sampai saat ini, kemajuan dan perkembangan tersebut belum juga terwujud. Entah apa yang terjadi dengan bangsa kita ini.
Beberapa persoalan yang menjadi penyebab lambatnya kemajuan dan perkembangan tersebut adalah jumlah penduduk yang demikian besar. Luasnya wilayah, serta penggunaan sumberdaya alam yang belum maksimal. Daerah-daerah yang kaya akan sumberdaya alam dengan jumlah penduduk yang sedikit, secara tidak langsung ikut membiayai daerah yang miskin sumberdaya alam tetapi dengan jumlah penduduk yang besar. Sementara, tingkat kesejahteraan penduduk yang sedikit tersebut berbeda dengan daerah yang penduduknya banyak. Hal ini tentu menimbulkan permasalahan sosial, yang ujung-ujungnya timbulnya keinginan untuk memisahkan diri karena tak diperhatikan.
Para tokoh kita ada yang berusaha untuk memberikan solusi dengan membentuk negara federasi. Tetapi, ide tersebut mendapat tantangan dari banyak pihak. Para penentang tersebut tidak setuju karena hal tersebut bertentangan dengan Pancasila. NKRI merupakan kemutlakan yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Padahal, bila dipikir secara matang, federasi merupakan salah satu cara untuk menyederhanakan permasalahan sehingga lebih mudah untuk diatasi. Serta, untuk alasan kemanusia agar lebih mudah dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Persatuan yang semu tentu tidak akan membawa kebaikan bagi manusia. Sesuatu yang dipaksakan tentu berakibat kurang baik bagi kemajuan sebuah bangsa. GPM dan GAM merupakan contoh gerakan yang berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan persatuan tersebut. Walaupun GAM sudah mulai runtuh, tetapi nafasnya pasti masih ada. Dan kita, rela mengorbankan nyawa manusia hanya demi persatuan semata. Lepasnya Timor-Timor merupakan upaya bagi rakyatnya dalam merubah nasib agar lebih sejahtera. Tidak mudah memang tetapi hal itu tentu lebih baik bagi mereka.
Melihat kenyataan yang ada di depan kita selama ini, bahwa kemajuan dan kesejahteraan yang kita idam-idamkan ternyata belum muncul juga. Suatu saat pasti akan timbul kejenuhan bagi daerah-daerah yang ada di Indonesia. Tidak mustahil suatu saat akan timbul gerakan yang lebih besar, yang berusaha memisahkan diri dari NKRI dengan tujuan menyejahterakan rakyatnya. Akankah bangsa Indonesia sadar bahwa potensi gerakan tersebut selalu ada.
Pemeritah sebagai ujung tombak kemajuan bangsa tentu harus bekerja keras agar rakyatnya hidup sejahtera. Sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang demikian melimpah harus mampu dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Sampai saat ini kita tahu bahwa pemerintah bekerja keras, tapi hasil kerja keras tersebut tak memberikan manfaat yang besar dan segera bagi rakyat. Padahal, kedua hal tersebut sangat dibutuhkan. Persoalan ekonomi yang menyangkut hajat hidup rakyat belum tersentuh dengan baik. Permasalahan sosial budaya yang menjadi jati diri bangsa sudha mulai terkoyak. Korupsi, kolusi, dan nepotisme meraja rela. Belum lagi persoalan kemandirian bangsa yang yang goyah, yang menyebabkan bangsa kita seperti disetir oleh negara lain. Hal ini tentu merupakan persoalan serius bagi kita.
Saya takut, jangan-jangan hal tersebut menjadi alasan bagi daerah-daerah untuk memisahkan dirinya dari NKRI. Sementara itu, masa yang akan datang tidak bisa kita prediksi. Peraturan perundangan kita setiap saat selalu berubah. Belum semprna sebuah aturan dilaksanakan sudah diganti dengan aturan yang baru. Hal ini tentu membawa kekacauan sosial yang suatu saat akan meledak.
Kita tidak bisa lagi mengandalkan Pancasila dan NKRI sebagai satu-satunya asas dan wadah kita berkumpul, sementara rakyat yang hidup didalamnya dalam keadaan menderita secara ekonomi, sosial, dan budaya. Persoalan kesejahteraan yang tidak terurus dengan baik akan menjadi bom waktu yang suatu saat akan meledak dan menimbulkan mala petaka bagi bangsa kita.
Kemerdekaan yang kita rayakan hari ini merupakan penjara bagi sebagian rakyat kita. Pada satu sisi kita gembira dengan kemerdekaan, sementara disisi lain rakyat kita merana karena kemerdekaan tak memberikan apa-apa bgai perbaikan kehidupan mereka. Akankah semua ini selalu terulang setiap kali kita merayakan kemerdekaan.
Kewaspadaan nasional harus selalu ditingkatkan, karena tidak mustahil tahun 2050 nanti negara kita akan pecah berkeping-keping. Masing-masing mendirikan negaranya. Banyak contoh sudah negara besar yang hancur berkeping-keping setelah sekian lama bersatu. Kita tentu tidak ingin hal ini terjadi.
Kita menginginkan NKRI utuh selamanya. Untuk itu diperlukan kerjasama semua pihak agar hal tersebut dapat terwujud. Menjadi Indonesia harusnya menjadi bangsa yang sejahtera, maju dan berkembang, serta menjadi bangsa yang beradab. Menjadi Indonesai adalah menjadi bangsa yang besar. Besar bukan hanya wilayahnya saja, tetapi besar karena kejahteraan rakyat, besar karena ketinggian budayanya. Wallahu ‘alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar