Rabu, 22 Desember 2010

Ibu, dan ASI Yang Terlupakan

Hari ini, tanggal 22 Desember 2010, kita bangsa Indonesia merayakan Hari Ibu. Setiap tahun diadakan perayaan. Tahun inipun berbagai kegiatan dilaksanakan untuk memeriahkan Hari Ibu tersebut. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memuliakan kaum ibu yang telah melahirkan generasi penerus bangsa. Peran Ibu memang sangat sentral. Selain sebagai orang tua, ibu juga memberikan peran bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Ibu berperan dalam membentuk watak manusia sejak lahir sampai dewasa. Setiap ibu adalah perempuan, tapi tidak semua perempuan bisa berperan sebagai ibu. Tantu ibu yang dimaksudkan di sini adalah ibu yang benar-benar menjadikan anaknya manusia yang berguna, baik di dunia ini, maupun di akhirat kelak.
Saat ini, peran kaum ibu tidak hanya sebatas sebagai pelayan suami dan anak-anaknya. Tetapi sudah sangat banyak ibu-ibu yang berperan dalam penentuan nasib bangsa untuk masa yang akan datang. Mereka berkecimpung dalam berbagai bidang kehidupan. Ada yang jadi pegawai negeri, pengusaha, politisi dan sebagainya. Mereka turut serta dalam usaha membangun bangsa Indonesia yang kita cintai ini. Ibu merupakan bagian dari sebuah keluarga yang memiliki posisi yang sangat strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan anak-anak dan keluarganya. Ada istilah yang sering kita dengar sehubungan dengan peran ibu. “Kasur, sumur, dan dapur” merupakan istilah yang menggambarkan begitu sempitnya peran kaum ibu. Namun demikian, apabila ketiga peran tersebut dapat dilakukan dengan ikhlas oleh ibu, maka tidak ada lain balasannya adalah surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.

Bagitu banyak peristiwa yang mewarnai kehidupan ibu. Ada yang berusaha untuk menjadi ibu terbaik bagi anak dan keluarga. Namun, banyak juga ibu yang justru menjadi sumber musibah bagi keluarganya. Ada ibu yang tega “menjual” anaknya demi kekayaan dan kesenangan. Ibu semacam ini tentu bukan ibu yang diharapkan oleh anak, keluarga, bangsa dan Negara. Selain itu, peran ibu dan ayah seringkali bertentangan. Ada  ibu yang ingin berkarya lebih besar di masyarakat, dan mengesampingkan keluarganya, sedangkan ayah menginginkan peran yang sebaliknya. Ibu lebih mementingkan karir, usaha, presitse, dan sebagainya serta mengesampingkan anak-anak dan keluarganya. Tak sedikit ibu yang menitipkan anak-anaknya di tempat penitipan anak, atau kepada tetangganya demi karir, kekuasaan, kekayaan dan kesenangan semata. Hal ini memang tak bisa dipungkiri. Sebab, sesungguhnya ibu juga manusia yang butuh aktualisasi diri. Namun demikian, hendaknya ibu harus bisa menempatkan dirinya sebagai pilar bagi keluarganya.

ASI Yang Terlupakan
Setiap manusia yang terlahir ke dunia ini tentu pernah merasakan Air Susu Ibu (ASI). Bagi mereka yang merasakan enaknya ASI tentu akan selalu ketagihan. Itulah sebabnya, balita yang menyusu dengan ibunya akan sulit untuk dihentikan. ASi adalah makanan dan minuman dan makanan yang tak pernah di tolak uleh balita. Bahkan, bila ibu terlambat memberikan ASI, maka bayi atau balita akan menangis. Makanan buatan manusia yang lain seringkali tak menarik buat bayi atau balita. Walaupun kandungan yang ada dalam makanan tersebut sangat baik dan dibutuhkan mereka. Sampai saat ini tak ada makanan yang bisa menandingi ASI yang di konsumsi oleh balita.
Setelah anaknya berumur beberapa minggu, banyak ibu-ibu yang lebih memilih memberikan susu buatan pabrik dibandingkan  ASI. Hal ini dilakukan untuk menjaga bentuk tubuh mereka agar tetap indah dan bagus. Selain itu, mereka juga lebih percaya bahwa susu buatan pabrik pebih baik dari susu yang di produksi di dalam tubuh ibu itu. Hal ini tentu membuat kesenjangan psikologis antara ibu dan anak. Ibu lebih percaya kepada susu yang di produksi oleh binatang dibandingkan dengan yang ada di dalam dirinya. Hal ini tak jarang membuat perilaku anak (maaf) lebih binatang dari binatang. Karena tak ada hubungan langsung antara ibu dan anaknya, si anaknya justru menjadikan ibu sebagai musuh.
ASI merupakan makanan terbaik yang bisa diberikan oleh ibu kepada anaknya. Namun demikian, anak seringkali tidak sadar akan hal ini. ibu memelihara anaknya sampai si anak mampu berumah tangga sendiri. Walapun demikian, masih banyak juga orang tua, terutama ibu yang tetap memberikan bimbingan kepada anaknya dalam memelihara kehidupan rumah tangga mereka. Inilah bentuk kasing sayang orang tua yang tak terukur. Ibu terkadang menjadi musuh yang sangat berbahaya menurut anaknya. Setiap perbuatan yang dilakukan anak selalu dilarang oleh ibu. Anak ingin kebebasan yang terbatas, sementara ibu menginginkan anaknya hidup teratur, selamat, baik, dan sejahtera. Perbedaan kedua pandangan ini membuat hubungan ibu dan anak menjadi renggang.
Setelah dewasa, anak tumbuh dengan pikirannya sendiri. Segala sesuatu yang bertentangan dengan pikirannya dianggap salah. Walaupun hal pikiran tersebut datangnya dari ibu, anak tetap merasa bahwa dirinya adalah miliknya sendiri, ornag lain tak boleh ikut mengatur hidupnya. Kesenjangan ini membuat hubungan ibu dan anak menjadi tidak harmonis. Padahal, bila si anak sadar dan ibunya mampu memberikan penyadaran yang baik, hal tersebut tak perlu terjadi. Orang tua tentu memiliki hak dan kewajiban terhadap anaknya. Berapapun usia anak, atau apapun status anak, orang tua tetap memiliki hak dan kewajiban. Hak kewajiban tersebut berupa pertimbangan, saran, pendapat, pikiran, dan sebagainya. Anak harus menyadari hal ini.
ASI yang mengalir ke tubuh anak merupakan jembatan yang menghubungkan kesadaran anak kepada ibunya. Ini menggambarkan bahwa ibu harus tetap memberikan yang terbaik bagi anaknya. Demikian pula dengan anak, harus sadar bahwa ia bukan terlahir dengan sendirinya, serta setiap tetes ASI yang diberikan ibunya adalah tumpahan kasih sayang  dan kecintaan yang tulus serta pengorbanan terbesar yang diberikan oleh ibu kepadanya.

Kesejahteraan Ibu
Banyak ibu-ibu yang menjadi tulang punggung keluarganya. Ini terjadi karena berbagai alas an. Umumnya karena suami tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga secara layak. Ibu yang berprofesi sebagai pekerjaan memang bukan hal yang aneh. Namun demikian, yang diharapkan adalah perhatian terhadap keluarga jangan sampai dikorbankan. Jangan sampai untuk urusan pekerjaan lebih dipentingkan dibandingkan dengan urusan keluarga. Untuk mengatasi hal tersebut, kesejahteraan ibu harus diutamakan. Ibu harus mendapatkan perhatian dan kesejahteraan yang utama. Sebab, di tangan ibu lah letak keberhasilan pembinaan generasi muda bangsa. Bila ibu sejahtera, maka akan dihasilkan generasi yang baik dan berguna.  Demikian sebaliknya. Jangan berharap besar kepada generasi muda bangsa, bila orang yang mengasuh mereka tidak sejahtera.
Kesejahteraan ibu merupakan kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan tersebut, meliputi sandang, pangan, dan perumahan. Mustahil memberikan kesejahteraan tanpa ketiga hal tersebut. Hal yang utama adalah makanan atau pangan. Ibu harus mendapatkan asupan gizi yang cukup dalam kehidupan sehari-harinya. Mustahil mendapatkan keluarga sejahtera tanpa menyejahterakan ibu. Disinilah letak peran lelaki atau suami, atau ayah. Suami harus mampu memberikan dan mencukupkan kebutuhan ibu dengan baik. Sebagai tiang utama keluarga, ayah atai suami berkewajiban mendahulukan kepentingan keluarganya. Kebutuhan ibu tidak hanya sebatas kebutuhan jasmani semata, namun ibu juga memerlukan kebutuhan rohani. Keluarga harus memberikan kesempatan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan ini. misalnya dengan memberikan kesempatan kepada ibu untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar liingkungannya. Menambah pengetahuan, dan sebagainya. Kebutuhan ini sama pentingnya dengan kebutuhan akan pangan dan sandang. Karena itu, kebutuhan ini harus dipenuhi dalam rangka memberikan keseimbangan hidup kepada si ibu.
“Selamat hari ibu”. Semoga ibu-ibu kita semakin sejahtera di masa-masa yang akan datang. Wallahu a’lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar