Senin, 15 November 2010

Tulisan Yang Berdosa

Ketika ngobrol dengan seorang teman, ia mengingatkan saya, hati-hati dengan tulisan. Saya agak bingung dengan peringatannya itu. Kenapa ? Bukankah ketika menulis kita mengeluarkan sesuatu dari pikiran kita. Bukankah pula, setiap tulisan yang dihasilkan tentu diniatkan untuk kebaikan ? Benar, kata teman saya itu. Tapi kamu bisa tidak sadar bahwa diantara kalimat yang kamu tuliskan mengandung hinaan, cemoohan, fitnah dan sebagainya. Orang yang menjadi objek tulisan tersebut menjadi tersudut, terfitnah dan akhirnya terbuang, sedih, merana dan sebagainya. Bila keadaan ini yang terjadi, kebaikan seperti apakah yang diinginkan oleh seorang penulis ? tanyanya.

Kita sering menemukan tulisan yang bernada memojokkan seseorang. Entah itu pejabat, pengusaha, selebriti, olahragawan, ilmuwan, sampai kepada rakyat jelata. Berbagai ungkapan dituliskan untuk orang-orang tersebut. Tak sedikit yang memfitnah, mencaci-maki, menghasut, dan sebagainya, tanpa melakukan penelitian secara menyeluruh terhadap objek tulisan tersebut. Tulisan yang seperti itu menurut teman saya tadi adalah tulisan yang berdosa. Belum lagi orang yang membaca tulisan tersebut ikut-ikutan pula menanggapi serta ikut memfitnah, memojokkan, mencaci-maki dan seterusnya. Dari tulisan tersebut kita sudah berdosa, sekaligus juga tambahan dosa dari para pembacanya yang ikut dengan tulisan kita. Apalagi mereka yang profesinya penulis, wartawan, atau mereka yang iseng-iseng dengan dunia tulis menulis. Mereka itu sangat rentan menghasilkandosa dari tulisannya. Saya hanya diam saja mendengarkan penjelasannya.
Kawan saya juga menjelaskan betul bahwa setiap tulisan yang diniatkan untuk kebaikan, tapi tidak harus dengan mencaci-maki, fitnah dan sejenisnya. Tulisan yang yang baik adalah yang memberikan pencerahan, tanpa melukai objek tulisan kita. Mustahil niat baik dicapai dengan hal-hal yang tidak baik.  Saya kembali terdiam mendengarkan ungkapannya. Selama ini saya memang menulis lebih banyak dengan nada menghasut, memprovokasi, memfitnah, mengolok-olok, dan berbabgai tulisan sejenisnya. Mengingatkan orang dengan tulisan memang mudah, serta efektif. Tapi harus dilakukan dengan cara yang santun, yang menggugah, orang untuk membuat orang tidak tersinggung, serta yang terpenting adalah jangan sampai tulisan tersebut menjadikan dosa kita bertambah banyak. Dosa yang sudah ada saja sudah banyak, apalagi bila ditambah tulisan kita yang justru menambah jumlah dosa, tak tertanggungkan dosa itu, ujar teman saya sambil tersenyum.
Awalnya saya hanya mengajak dia untuk rajin menulis. Sebab, teman saya ini tergolong cerdas diantara kami. Seringkali ia melontarkan ide  yang sangat brilliant, kreativitasnya tinggi, serta orangnya energik. Tapi sayangnya, sampai saat ini ia masih belum menunjukkan kemauannya untuk menulis. Teman saya ini memang orang yang sering mengingatkan kita. Ia berbicara terkadang blak-blakkan. Kita yang tidak terbiasa mendengar ucapannya mungkin cepat tersinggung, tapi apa yang ia ungkapkan memang benar sekali. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar