Senin, 08 November 2010

Untuk Apa Belajar ?

Islam mengajarkan bahwa tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China, atau menuntut ilmu itu mulai dari buaian sampai ke liang lahat. Menuntut ilmu dapat disamakan dengan belajar. Semua kita, tidak terkecuali memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu atau belajar. Bagi yang tidak mau belajar, bersiap-siaplah untuk tersingkir. Mereka yang sudah belajar dengan tekun dan semangat saja bisa tersingkir, apalagi yang memang tidak belajar.
Dalam belajar, banyak hal yang harus diperhatikan. Misalnya, guru yang tepat, pelajaran yang penting dan bermanfaat, serta berbagai hal lainnya. Namun demikian, yang harus diketahui bahwa belajar itu dapat dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, walaupun demikian, agar tujuan belajar dapat dilakukan dengan maksimal, kita harus memperhatikan alokasi waktu, tempat yang sesuai, dan guru yang mampu memberikan pelajaran terbaik.
Dalam belajar, kita tentu memiliki tujuan. Tujuan tersebut dapat berbeda bagi setiap orang. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan akan ilmu yang dipelajari. Untuk menjadi sastrawan tentu berbeda pelajarannya dengan ketika kita mau menjadi dokter. Walaupun seorang satrawan perlu juga sedikit tahu tentang ilmu kedokteran untuk menambah wawasannya. Demikian pula sebaliknya.

Dalam belajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain. Pertama. Belajar untuk mengetahui. Mustahil seseorang belajar dengan bersusah payah kalau tidak untuk memperoleh ilmu. Ilmu yang kita peroleh merupakan pengetahuan yang kita miliki. Apapun yang kita pelajari merupakan bentuk pengetahuan kita. Mustahil kita mengetahui sesuatu tanpa kita mempelajarinya. Contohnya, untuk membuat kue, kita harus belajar tentang tata caranya, bahannya, serta takarannya. Dengan demikian, kue yang kita buat menjadi enak.
Kedua. Belajar untuk mengerjakan. Disamping itu, belajar merupakan cara untuk memahami dan mengembangkan ketrampilan kita. Untuk menjalankan kendaraan, kita harus belajar mengedarainya. Kita juga belajar tentang mesin, aturan lalulintas dan sebagainya. Pengetahuan yang kita miliki tidak hanya sebatas diketahui, tapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kembali ke contoh kue tadi. Ketika kita belajar tentang resep membuat kue, maka kita dituntut untuk membuat kue tersebut. Dengan demikian, pengetahuan tentang cara membuat kue dapat langsung dipraktekkan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap ilmu yang kita pelajari, seyogyanya harus dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak menjadi sia-sia.
Ketiga. Belajar menjadi. Belajar menjadi adalah bagaimana kita yang sudah belajar dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari berubah menjadi professional. Setiap belajar, kita harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, kita menjadi lebih paham, dan mampu mempraktekkan dengan baik. Selama ini kita hanya belajar saja tanpa berusaha mempraktekkan apa yang kita pelajari, sehingga ilmu yang kita pelajari cepat hilang. Dengan mempraktekkannya ilmu itu akan tambah melekat. Belajar menjadi adalah sebuah komitmen untuk menjadikan ilmu sebagai alat untuk mengembangkan kualitas diri. Apapun yang kita pelajari, hendaknya ilmu itu menjadikan kita lebih baik. Hal yang harus diperhatikan adalah ketika kita mengetahui sesuatu yang buruk bukan membuat kita menjadi buruk, tapi itu merupakan pelajarn yang harus diketahui dan kita harus menghindarinya.
Keempat. Belajar untuk hidup bersama. Manusia yang terlahir di dunia ini dengan jumlah yang sangat besar. Manusia tersebut memiliki, kepentingan, kebutuhan, minat, serta berbagai hal yang saling berbeda. Karena perbedaan itu, tidak jarang membuat manusia saling berkompetisi. Akibatnya, seringkali kita mendengar terjadinya pertentangan di antara manusia tersebut. Hal ini tentu membawa dampak yang tidak baik bagi kehidupan manusia itu sendiri. Ilmu pengetahuan yang kita pelajari harus mampu menjadikan kita manusia untuk hidup bersama. Belajar merupakan salah satu cara untuk mewujudkan saling pengertian, tenggang rasa, sopan-santun, dan sebagainya. Ilmu bukan menjadikan manusia untuk saling terpecah, bermusuhan, dan sebagainya. Bila hal ini yang terjadi, pasti ada yang salah dengan penerapan hasil belajarnya.
Demikian lah beberapa hal yang berhubungan dengan belajar. Untuk mencapai dan mendapatkan beberapa hal tersebut, merupakan tanggung jawab bersama. Kita tidak bisa membebankannya hanya pada satu pihak saja, misalnya guru atau sekolah saja. Karena belajar merupakan hak semua orang, maka tanggung jawab itu di pikul bersama. Keluarga mengajarkan keluarganya, sekolah mengajarkan siswanya. Untuk itu diperlukan sinergi masing-masing pelaku pembelajaran tersebut, sehingga terjadi keterpaduan pembelajaran. Suatu saat diharapkan tumbuh generasi muda pembelajar yang mampu belajar dengan baik, mempraktekkan hasil belajarnya untuk kehidupan diri sendiri dan orang lain, serta mampu menjadi alat pemersatu bangsa dan Negara kita. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar