Selasa, 02 November 2010

IPK Para Demonstran

Di negeri kita ini, persoalan demonstrasi merupakan hal yang biasa. Hal itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Umumnya, demonstrasi dilakukan oleh para mahasiswa kita yangs edang kuliah diberbagai perguruan tinggi yang bertebaran di negara kita. Beragam tema, tujuan, alat, dan sasaran para demonstran tersebut. Ada yang mengusung idealisme, tapi banyak juga berdemontrasi karena dibayar oleh oknum-oknum tertentu. Semua  itu memberikan dampak bagi proses berdemokrasi di tanah air ini.
Khusus demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa, tak jarang berakhir bentrokan dengan aparat keamanan. Para mahasiswa, dengan alas an tertentu mendesak aparat keamanan untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi para demonstran itu. Sementara itu, aparat keamanan, dengan alasan keamanan dan stabilitas melakukan tindakan yang represif. Akibat pertentangan kedua kubu ini sering menimbulkan korban di kedua belah pihak.
Mahasiswa adalah orang yang memiliki tujuan khusus untuk menuntut pendidikan atau belajar di perguruan tinggi. Mereka, suatu saat diharapkan menjadi pemimpin bangsa di masa-masa yang akan datang. Mereka dituntut untuk berprestasi setinggi mungkin di universitasnya masing-masing. Demonstrasi hanya bentuk dari pelampiasan rasa jengkel, marah, kesal, dan sebagainya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Umumnya, mereka melakukan protes terhadap berbagai kebijakan pemerintah.

Mereka yang berpredikat mahasiswa itu memiliki berbagai tipe. Ada yang cerdas. Setengah cerdas, dan bodoh. Mereka yang cerdas mengutamakan kepentingan pendidikannya dibandingkan dengan hal lainnya. Kalau diibaratkan dengan nilai, mereka ini masuk ke dalam golongan nilai A. Yang setengah cerdas berusaha untuk memadukan keduanya atau masuk ke dalam nilai B, walaupun hal itu sangat sulit dilakukan. Sedangkan yang bodoh atau C, mereka kuliah dengan terpaksa, dan mereka umumnya kuliah hanya demi gengsi semata.
Sampai saat ini kita belum menemukan adanya penelitian terhadap para mahasiswa yang melakukan demonstrasi. Apakah mereka itu termasuk mahasiswa yang cerdas, setengah cerdas, atau bahkan mereka yang tergolong bodoh. Apabila demonstrasi itu dilakukan oleh mereka yang cerdas tentu sangat membanggakan. Suatu saat mereka yang cerdas itu mampu memadukan antara kecerdasan berpikir dengan tindakan nyata di tengah masyarakat. Bila mereka yang tergolong setengah cerdas, hal ini pun termasuk hal yang baik. Sebab, suatu saat mereka diharapkan mampu belajar lebih banyak lagi dalam ikut serta memecahkan berbagai persoalan bangsa. Sedangkan pada mahasiswa tipe ketiga, mereka ini hanya diperalat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Karena ketidakmampuannya dalam menerjemahkan kegiatan yang dilakukan, mereka terbuai dengan lembaran uang, akhirnya mereka ikut demonstrasi, padahal mereka tak tahu esensi dan demonstrasi itu.
Saya sangat khawatir bahwa demontrasi itu bukan dilakukan oleh para mahasiswa yang cerdas, tetapi oleh mereka yang tergolong nilai C. Sedangkan mereka yang cerdas sibuk dengan buku-buku kuliah. Mereka tak sempat memikirkan demonstrasi, dan saat lulus mereka langsung mendapatkan tempat di perusahaan swasta yang bonafid, BUMN, atau menjadi Pegawai Negeri SIpil. Sedangkan mereka yang selalu berdemonstrasi terpuruk di sudut-sudut kota, berpelunh keringat dengan kehidupan yang sangat keras, bahkan menjadi pengangguran. Hal ini tentu memberikan dampak yang sangat buruk begi perkembangan kejiwaan mereka.
Kita tentu berharap, bahwa mereka yang melakukan demonstrasi itu adalah mereka yang tergolong dalam mahasiswa dengan Indek Prestasi Komulatif (IPK) yang tinggi, bukan oleh mereka yang ber-IPK pas-pasan. Dengan demikian, demonstrasi yang mereka lakukan lakukan akan membawa dampak yang sangat luas bagi seluruh rakyat Indonesia. Demonstrasi yang banyak dilakukan oleh mereka dengan IPK yang tinggi adalah seperti pada tahun 1998 ketika menurunkan soeharto dari kursi Presiden RI. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar