Senin, 21 Februari 2011

Jalan Panjang Mandela

Siapa yang tak kenal dengan Nelson Mandela. Siapa pula tak kenal dengan Afrika Selatan, negeri yang diperjuangkan oleh Nelson Mandelai dengan segala suka dan dukanya. Perjalanan panjang Mandela untuk memerdekakan Afrika Selatan dari kungkungan politik apartheid. Sejarah kelam pembedaan manusia berdasarkan warna kulit, telah membuat Afrika Selatan menjadi negeri yang tertinggal. Dengan segala daya dan upayanya, Mandela memperjuangkan rakyat dan bangsanya agar setara sengan bangsa-bangsa lainnya di dunia ini. Perjuangan itu telah berhasil, dan rakyat Afrika Selatan dapat hidup merdeka tanpa perbedaan warna kulit.
Dalam buku yang diberi judul Mandela’s Way, penulisnya Richard Stengel menceritakan  kehidupan, perjuangan, karakter, serta kepribadian Mandela, seorang presiden yang sangat sederhana. Membaca buku ini kita dibawa menelusuri kehidupan Mandela yang demikian beragam. Richard Stengel mewawancarai Mandela guna menguak tabir kehidupan Mandela.
Dalam sebuah penerbangan untuk menemui pendukung Zulu-nya, Mandela menggunakan sebuah pesawat berbaling-baling kecil. Didalam pesawat itu, Mandela ditemani oleh seorang pengawal dan dua orang pilot. Ditengah perjalanan, Mandela menunjuk ke luar jendela dan berkata dengan tenang kepada pengawalnya bahwa baling-baling tidak berfungsi. Mandela menuyuruh pengawalnya untuk memberitahukan keadaan tersebut. Para pilotpun telah menghubungi bandara untuk mempersiakan pendaratan darurat. Sementara itu, Mandela kembali duduk membaca Koran. Ketika pendaratan telah dilakukan, dan mereka selamat, Stengel pun bertanya kepada Mandela tentang penerbangan tersebut. Mandela membuka matanya lebar-lebar dan dengan suara dramatis berkata, “Ya ampun, aku ketakutan diatas sana!”(hal 29)
Orang yang berani bukanlah orang yang tanpa rasa takut. Orang berani adalah orang yang mampu mengatasi rasa takutnya dengan baik. Mandela memberikan pelajaran yang sangat berharga bagaimana cara memperjuangkan cita-cita dengan baik. Hukuman, penghinaan, ancaman, penjara dan berbagai tekanan baik fisik dan mental telah dilaluinya dengan baik. Ia tak mundur dengan semua itu. Ia sangat yakin dengan cita-cita perjuangannya. Mandela tidak menjadikan ketakutannya sebagai penghambat untuk meraih cita-cita tentang kemerdekaan dan persamaan hak dinegeri yang dicintainya. Demikian pula, keberaniannya yang dimilikinya tidak menjadikan berjuang dengan membabi buta. Ia berjuang dengan perencanaan dan tujuan yang jelas.
Banyak pemimpin dunia yang berjuang untuk negaranya. Mereka rela mempertaruhkan hidupnya demi cita-cita kemerdekaan. Tak jarang, mereka mempertaruhkan nyawanya demi negera yang dicintainya. Demikian pula, begitu banyak para pejuang tersebut, setelah berhasil malah berebut kekuasaan. Banyak diantaranya yang setelah berjuang dan berhasil serta diamanatkan sebagai pemimpin malah tak mau melepaskan kekuasaannya. Mereka berusaha untuk mempertahankan kekuasaannya. Mereka telah merasa berjuang dan harus menikmati hasilnya dengan menduduki kursi kepemimpinan untuk selamanya.
Tidak demikian dengan Mandela. Ia hanya menduduki jabatan presiden hanya untuk satu kali masa  jabatan. Padahal, bila ia mau, untuk masa jabatan kedua akan mudah didapatkannya. Seluruh rakyat Afrika Selatan tentu masih membutuhkan dirinya untuk memimpin Negara yang masih dalam proses pembangunan tersebut. Nelson Mendela tidak mau melakukan hal itu. Ia rela melepaskan jabatannya dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memimpin Afrika Selatan.
Hal yang sangat menarik dari Mandela ini adalah ia lebih mengutamakan musuhnya dibandingkan temannya. Seringkali ia kehilangan informasi tentang teman-temannya, tapi ia selalu berusaha untuk mendapatkan informasi tentang musuhnya. Keyakinannya adalah teman-temanya selalu mendukungnya, sementara musuh-musuhnya harus diamati dengan hati-hati. Hal itu dilakukan? Mandela yakin bahwa kesetiaan dalam politik dan kehidupan bersifat sementara. Sementara itu, perjuangan untuk kemerdekaan menuntut kesetiaan (hal 169)
Mandela selalu berusaha untuk mendekati rival-rivalnya. Bahkan, ia tak segan-segan untuk duduk dekat dengan rivalnya. Hal ini dilakukan agar rivalnya itu tahu bahwa ia berusaha untuk berjuang dengan cara-cara yang damai dan terhormat.
Berjuang untuk melawan kekuasaan memang bukan hal yang mudah. Mandela yakin bahwa perjuangan dengan peperangan tidak selamanya menyelesaikan masalah. Untuk itu ia melakukannya dengan baik. Ia berusaha untuk mendekati musuhnya. Dengan pendekataan tersebut, ia berusaha untuk memberikan kesan bagi musuhnya, bahwa ia berjuang untuk kepentingan Afrika Selatan dan kepentingan manusia yang lebih luas.
Banyak para pemimpin yang tidak berusaha untuk mendekati musuhnya. Mereka beranggapan bahwa bial berdekatan dengan musuh maka kita akan dipermainkan. Kiat tentu ingat dengan perjuangan yang dilakukan oleh para pemimpin kita pada jaman sebelum kemerdekaan. Mereka rela berunding, dijebak, dijebloskan ke penjara, dan berbagai perlakuan musuh lainnya. Namun mereka tetap berusaha untuk melakukan pendekatan agar cita-cita kemerdekaan dapat tercapai.
Sekarang ini banyak pemimpin yang bermusuhan sampai mati. Mereka mengekal permusuhan tersebut tanpa usaha untuk mengkompromikannya. Mereka menganggap bahwa berbeda pendapat sama dengan permusuhan. Tak jarang “perkelahian” tersebut justru membawa keburukan bagi kedua belah pihak. Mandela tidak melakukan hal itu. Terbukti, setelah Afrika Selatan merdeka, tak ada balas dendam kepada mereka yang berkulit putih. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Padahal, bila kita kilas balik terhadap perlakuan orang kulit putih tentu sangat menyakitkan bagi mereka yang berkulit hitam. Mandela berhasil menyatukan kedua ras tersebut dengan damai dan aman, serta setara. Sebuah perjuangan yang tidak mudah.
Dalam pengantar buku ini, Mandela menyatakan bahwa setiap perjuangan yang kita lakukan terdapat juga perjuangan orang lain. Artinya, perjuangan yang kita lakukan tidak semata-mata sebagai hasil perjuangan kita sendiri. Dalam perjuangan kita, terdapat perjuangan orang lain. Karena itulah, keberhasilan yang kita capai harus dapat dinikmati juga oleh orang lain.
Kalau akhirnya Mandela mendapat hadiah nobel perdamaian, semua itu tentu merupakan hasil perjuanagn dari seluruh rakyat Afrika Selatan. Mandela hanya perwakilan karena ia yang memimpin perjuangan tersebut. Disinilah letak pentingnya kebersamaan. Tanpa kebersamaan sulit mewujudkan kemerdekaan.
Apa yang dilakukan oleh Mandela adalah perjuangan yang sangat spesifik untuk jaman sekarang ini. di dunia Barat, masalah apartheid telah berakhir sudah lama. Tapi bagi Afrika Selatan, hal itu masih terjadi untuk beberapa tahun yang lalu. Hal ini tentu menarik karena sekarang ini manusia sudah hidup dalam kesejajaran yang nyata. Masalah kesenjangan yanga ada selama ini bukan perbedaan ras, tapi kemiskinan.
Manusia banyak yang terpinggirkan hanya karena miskin. Akses untuk layanan kesehatan, pendidikan dan sosial semakin sulit. Perbedaan kesejahteraan ini membuat manusia tersingkir dan menderita. Perjuangan Mandela adalah memerdekakan rakyatnya dari perbedaan warna kulit, setelah itu memerdekakan rakyatnya dari keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan lain-lain.
Buku ini baik dibaca oleh mereka yang bercita-cita untuk menjadi pemimpin, serta mereka yang sedang memimpin saat ini. banyak pelajaran yang bisa dipetik. Bagi seorang calon pemimpin, atau yang sedang memimpin, bisa belajar dari mana saja. Dan lebih baik lagi bila mampu belajar dari keberhasilan dan kegagalan para pemimpin terdahulu. Walaupun buku ini merupakan hasil wawancara dan sering terselip cerita tentang penulisnya, tapi tidak mengurangi nilai dari isi bukunya.  

Judul Buku : Mandela’s Way. Lima belas pelajaran tentang hidup, cinta dan keberanian.
Penulis : Richard Stengel diterjemahkan oleh Marina Sofyan
Penerbit : Esensi, divisi penerbit Erlangga 2010
Tebal  buku : viii + 265 halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar